Jumat, 18 Juli 2014
Contoh Essay untuk Aplikasi LPDP; RENCANA STUDI
Berikut merupakan contoh essay saya yang saya gunakan untuk aplikasi LPDP. Setiap jurusan tentu punya ke.khusus.an masing-masing. Mennghubungkan antara ilmu yang akan diperoleh dengan karir setelah sekolah, menurut saya sangat diperlukan dalam menulis essay ini. Essay saya sangat sederhana, namun semoga contoh ini bermanfaat..
Contoh Essay untuk Aplikasi LPDP; KESUKSESAN TERBESARKU
Berikut merupakann contoh essay yang saya submit dalam aplikasi LPDP. Memang banyak cacat dan kekurangannya. Yang baik silahkan diambil, dan yang kurang jangan ditiru. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. InshaAllah...
*Jangan Plagiat ya... :P
"Berdamai dengan Penundaan demi
Penundaan
Menuju Kesuksesan"
Terlahir di keluarga
besar pada saat kondisi ekonomi keluarga sangat menyesakkan, telah mengajarkan
saya satu kata penting dalam mengahadapi hidup; berjuang. Dari umur sangat
muda, saya sudah belajar apa itu bersabar dan berhemat, apa itu usaha dan
gagal, apa itu pencapaian dan syukur. Semua perjuangan ini sangat terpatri
dalam ingatan saya terutama dalam hal jenjang pendidikan. Masih jelas dalam ingatan
saya, bagaimana saya harus sekolah dengan pakaian bebas di Taman Kanak-kanak,
karena orang tua saya belum mampu membelikan seragam. Ditambah lagi plastik
kresek yang jadi wadah bekal. Saat itu merupakan kali pertama dalam hidup, saya
bertekad harus jadi orang yang bisa merubah keadaan dan saat itu pula saya
percaya sekolah merupakan jalannya. Berkah Tuhan Yang Maha Kuasa pula-lah yang
kemudian merubah kehidupan keluarga saya secara perlahan.
Hidup di kota yang
sama sekali berbeda dengan kampung halaman dimana bahkan listrik pun tak ada,
merupakan perjuangan besar bagi keluarga saya. Saya pribadi belajar banyak hal,
mulai dari membantu ibu melakukan banyak hal untuk mendukung ekonomi keluarga,
hingga berjualan di sekolah. Walau demikian kami semua tidak bersedih. Semua
langkah hidup saya lakoni, dan yang sangat beperan dalam pembentukan karakter
saya adalah pendidikan. Dimulai dari jenjang SMP saya sudah mendaftar sendiri,
tanpa bantuan orang tua. Di jenjang SMA, saya mendaftar di empat sekolah
favorit di kota saya dan lulus di tiga diantaranya. Saya pun memanfaatkan
kesempatan ini untuk menggali sedalam-dalamnya ide yang saya punya. Saya
terlibat di berbagai kegiatan sekolah dan pernah menjabat di beberapa posisi
penting di sana. Sampai kemudian kelulusan SMA dengan nilai yang sangat
memuaskan mengantarkan saya ke jurusan yang juga merupakan jurusan kedua
terfavorit di universitas saya pada saat itu.
Keberanian dan
keingintahuan saya yang besar memudahkan saya dalam setiap proses pembelajaran
di perkuliahan. Sampai tiba saat dimana seorang dosen favorit saya menceritakan
pengalamannya saat bersekolah di Amerika Serikat, tercetus ingin di hati,
dengan izin-Nya saya pun pasti bisa. Pengalaman beroganisasi di kampus dan
keterlibatan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat membuat saya berkesempatan
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan besar yang diadakan sampai di luar daerah.
Ini kemudian menjadi batu loncatan bagi saya untuk terus mengembangkan diri.
Hingga pada tahun 2007, sebuah organisasi pendidikan Amerika Serikat yang berbasis
di Indonesia mengumumkan peluang besar bagi mahasiswa untuk belajar bahasa dan
budaya di negeri Paman Sam, saya beranikan diri untuk mencoba. Semua tahapan
saya ikuti, sampai akhirnya Tuhan berkehendak saya lulus dan akan
diberangkatkan selama 2 bulan pada tahun 2008.
Pada saat itu, yang
terlintas di benak saya adalah, seorang anak dengan baju lusuh dan sepatu tak
layak pakai berjalan kaki meniti jalan sedang berangkat sekolah. Anak kecil
yang pernah dihina-dinakan karena kemiskinan, bukan karena perilaku. Anak yang
pernah menahan lapar karena tak punya apapun untuk dimakan, dengan doa orang
tua dan izin Tuhan Yang Maha Berkehendak, saya berkesempatan menginjakkan kaki
di tanah kebebasan. Negara adi kuasa yang pendidikannya jauh melampaui
negara-negara lain di dunia. Pencapaian ini merupakan sukses yang tidak hanya
ditujukan bagi saya tapi juga seluruh anggota keluarga saya. Tak pernah seorang
pun di keluarga saya yang berani bermimpi. Namun keyakinan akan kekuatan ilmu pengetahuan
dan keyakinan akan Tuhan, manusia mampu mewujudkan hal yang bahkan tak pernah
terpikirkan sekalipun.
Sepulang dari Amerika
saya terus berjuang menyelesaikan studi saya dan selesai dengan hasil yang
memuaskan dengan IPK X,YZ. Berselang beberapa lama sejak kelulusan pada tahun 2011 saya mengatur rencana-rencana
untuk dapat duduk lagi di bangku perkuliahan. Berbekal pengalaman dan koneksi
saya selalu ditawari pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pada waktu luang pun saya
mengisinya dengan terus belajar dan berburu beasiswa. Telah lebih dari 10 kali
kesempatan demi kesempatan saya kejar. Banyak yang gagal dari langkah pertama,
ada yang gagal di tahap wawancara dan bahkan ada yang gagal di tahap akhir
karena hal yang sama sekali diluar kuasa saya. Saya percaya, kata “tidak” tidak
berlaku untuk suatu pencapaian atas nama kebaikan. Bagi saya kata “belum”
merupakan padanan yang sangat sesuai. Maka sebagai beasiswa ke 11 yang saya
ikuti, dan kali ini saya berharap Tuhan merestui dan memberikan yang terbaik,
saya berharap sekolah lagi di jenjang yang lebih tinggi merupakan kesuksesan
lain yang bisa saya raih. InshaAllah.
Kamis, 17 Juli 2014
Jangan Kalah dengan Angka!!
Success consists of going from failure to failure without loss of enthusiasm
(Winston Churchill)
Mulai menulis ini disaat genting seperti sekarang jelas bukan hal mudah bagi saya. Ya.. berniat menulisnya saat tiket sudah di tangan mungkin harus saya batalkan. Saat ini saya sedang menunggu COE dikeluarkan oleh universitas. Ah.. ini cerita lain, karena yang sebenarnya ingin saya bagi adalah pergulatan sampai di titik yang sekarang dalam berburu beasiswa.
2011 merupakan tahun kelulusan saya dari salah satu universitas di ibu kota Aceh, Banda Aceh dengan titel Sarjana Pendidikan. Yang terpikir saat itu adalah saya harus cari kerja secepatnya. Saya akhirnya mengajar di beberapa tempat dengan pendapatan yang lumayan. Bekerja semerawutan, dari pagi sampai sore, sedikit pun saya tidak terpikir untuk kuliah lagi. Sampai ada satu masalah besar yang harus saya hadapi dan saya merasa sekolah lagi adalah jalan keluar.
Ramadhan pada tahun yang sama merupakan awal perjuangan saya. Mengirim berkas tepat empat hari sebelum deadline. Australian Development Scholarship. Jujur saya tidak pernah belajar banyak tentang Australia dan tentang jurusan yang saya pilih. Mengirimkannya pun, saya tak berharap banyak mengingat beasiswa ini merupakan salah satu beasiswa yang paling banyak peminatnya di Indonesia.
September tahun yang sama, ada Taiwan Higher Education Fair di kampus saya. Acara ini bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Sumber Daya Manusia Aceh (LPSDMA), lembaga serupa LPDP yang mengelola penyaluran beasiswa di Provinsi Aceh, dengan pemerintah Taiwan. Kali ini, saya tertarik dan mencoba mendaftar pula. Dan pada November 2011 saya ditelpon pihak LPSDM yang menawarkan saya untuk berganti negara ke Amerika. Saya pun mengiyakan dengan catatan saya mengikuti beberapa proses seleksi masih di bulan yang sama.
Desember saya dapat kabar kalau saya merupakan salah satu dari 750 shortlisted candidates ADS. Terang saja saya kegirangan. dari 4000 pelamar, saya termasuk salah satu yang beruntung untuk dipanggil wawancara. Dan masih pada bulan yang sama saya pun lolos seleksi beasiswa LPSDMA.
Keberuntungan ini jadi lain di tahun 2012. Saya harus menunggu proses pelatihan bahasa LPSDMA yang akan dibuka pada bulan November 2012 sebelum maju ke proses pendaftaran universitas. Wawancara saya dengan ADS pun merupakan pengalaman pahit sekaligus berharga. GAGAL. Ya saya gagal untuk pertama kalinya.
April 2012 saya mulai terbakar, 3 aplikasi yang rumit saya selesaikan dalam bulan tersebut. New Zealand Scholarships, Fulbright Master's Degree, dan DAAD, ya.. DAAD. Mungkin ada yang nyeletuk, ngapain anak jurusan Bahasa Inggris apply DAAD. Saya tak ambil pusing. Saya merasa harus mendaftar karena kalau tidak justru saya mearasa rugi telah melewakan kesempatan.
Ibarat melempar jala ke dalam air, kamu tak pernah tahu kapan ada ikan yang tersangkut di jala mu, usaha adalah usaha, Hasil jelas bukan urusan kita.
Menunggu dan menunggu dan berdoa..
Agustus 2012 saya dapat surat gagal yang kedua dari NZ-Scholarships. Sementara DAAD dan Fulbright saya gagal juga. Masih mau Coba!? tentu saja. Masih di bulan yang sama saya kirim lagi aplikasi ADS yang kedua. Kali ini saya benar-benar berharap banyak, satu dari kesekian kesalahn yang pernah saya lakukan dan saya sarankan jangan pernah anda lakukan. Never expect too much!!
Penantian panjang Beasiswa LPSDMA akhirnya usai sudah. November 2012 saya dan beberapa teman lain mengikuti proses pelatihan bahasa selama 3 bulan penuh. Kami belajar mulai dari Academic Writing, IBT, sampai GRE. Desember tiba dan Alhamdulillah saya kembali shortlisted ADS. Saya senang bukan main.
Belajar dari kegagalan saya yang pertama, kali ini saya benar-benar melakukan persiapan yang matang sebelum diwawancara bulan Januari 2013.
Februari 2013 merupakan bulan terberat buat saya. tepat di hari terakhir pelatihan muncul berita di koran lokal yang jelas sangat mengecewakan. http://aceh.tribunnews.com/2013/02/02/beasiswa-distop
"Jangan kecewa MON!!", batin saya.. masih ada harapan di ADS. Tepat 3 hari sesudahnya, teman-teman seperjuangan ADS mendapat berita bahwa mereka lulus. Saya pun memilih menunggu. Dan akhirnya menelpon pihak ADS dan menanyakan tentang perihal kelulusan.
"Maaf mbak, masih belum.."
Saya ingat betul suara itu, ingat betul setiap kata itu, dan saya ingat betul bagaimana saya menangis saat gagal lagi untuk kesekian kalinya. Saya jelas masih ingat waktu itu memilih menangis ke pinggir Krueng Aceh (nama salah satu sungai di Banda Aceh). Saya menangis sepuasnya, sedih... marah... kesal.. Jelas bukan pengalaman mudah buat saya. Beruntung saya punya teman-teman dan keluarga yang luar biasa. Semingguan itu kami habiskan bersama-sama. Toh masih banyak hal, tak terhitung jumlahnya, yang masih bisa kita syukuri.
Bersedih jangan berlama-lama, April 2013 saya kembali mengirimkan 3 aplikasi sekaligus, Fulbright Master's Degree Scholarships, Fulbright Language Teaching Assistance, dan USAID Prestasi.
Juni 2013 kabar baik datang bagi penerima beasiswa LPSDMA, Beasiswa kembali dilanjutkan dengan catatan-catatan tentunya. Saya tidak mau berandai-andai lagi. Saya kirim lagi aplikasi AAS (dah ganti nama euy) pada bulan Juli.
Agustus 2013, jelas sudah 3 aplikasi yang saya kirim April sebelumnya GATOT alias gagal total. Masih kuat!? Masih dooonk. Hehehehehe.. Entah karena sudah bebal, entah emang muka tebal, tapi mari ambil positifnya. Mungkin saya sudah terbiasa dengan kata gagal dan saya tidak boleh terpengaruh oleh kata itu.
Tepat bulan September aplikasi LPDP pun saya submit. Jujur saya sudah dengan tentang beasiswa ini semenjak "Februari Duka 2013" tapi urung mendaftar karena saya kira jurusan saya tidak ada dalam list sasaran penerima beasiswa. Sesudah mencari tahu dan dengan modal nekat pun, syarat-syarat LPDP saya penuhi.
Tetap nunggu!? enggak lah.. November 2013 saya lagi-lagi kirim aplikasi. Kali ini Chevening. Sementara LPSDMA saya memilih mundur dengan berbagai pertimbangan. Banyak teman yang akhirnya berangkat melalui LPSDMA. Kadang saya menyesal, namun sekarang saya sadar keputusan itu adalah yang sangat tepat mengingat semua yang saya dapat sekarang. Tepat sesudahnya saya dapat surat gagal lagi dari AAS. Kali ini masuk ke dalam shortlisted candidate pun tidak. Nangis lagi!? iya... hehehehe. Lagi-lagi saya punya sahabat-sahabat luar biasa.
"MON... cukupkan, tahun ini perjuangan kita cukupkan", kalimat ini pun merupakan keputusan sulit. Hari serasa kosong. Walaupun saya mengajar dari pagi sampai malam, berhenti berburu beasiswa jelas hal yang sangat tidak mengeenakkan.
2014 tiba dan saya yakin seyakin yakinnya, di tahun ini akan ada jawaban besar buat saya, saya memutuskan berhenti. Dan Tuhan ternyata menjawab doa-doa panjang saya di tahun-tahun sebelumnya. Saya dipanggil untuk wawancara di Jakarta oleh LPDP di bulan Januari. Februari saat menunggu pengumuman kelulusan wawancara LPDP, saya kembali mencoba peruntungan di LPSDM. Ya.. saya langgar janji saya sendiri untuk berhenti ikut beasiswa. Tapi berhenti mencoba jelas bukan keputusan yang baik. Pengumuman lagi di bulan yang sama, saya lulus tahap wawancara dan maju ke tahap Pelatihan Kepemimpinan di bulan Maret. Dan hanya dengan ijinNya lah dan dengan dukungan teman-teman dan keluarga saya bisa sejauh ini. Saya akhirnya terdaftar sebagai salah satu penerima beasiswa LPDP 2014.
Satu kalimat teman..
"Gak akan ada orang yang akan setiap saat menyemangati dirimu, KAMU adalah penyemangat dirimu yang paling utama"
Dan satu fakta: Thomas A. Edison gagal 999 kali sebelum akhirnya bisa menghidupkan bohlam. Jika saat itu ia berhenti di percobaan ke 100, mungkin manusia akan merasakan "kegelapan" lebih lama dari yang kita kira.
19 Ramadhan 1435 H
17 Juli 2014
Tidak.. perjuangan masih panjang, dan saya masih akan terus berburu..
Semangaaaaaat!! :)
P.S: dapat surat gagal dari Chevening waktu sedang ikut Pelatihan kepemimpinan LPDP.
Langganan:
Postingan (Atom)