Berikut merupakann contoh essay yang saya submit dalam aplikasi LPDP. Memang banyak cacat dan kekurangannya. Yang baik silahkan diambil, dan yang kurang jangan ditiru. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. InshaAllah...
*Jangan Plagiat ya... :P
"Berdamai dengan Penundaan demi
Penundaan
Menuju Kesuksesan"
Terlahir di keluarga
besar pada saat kondisi ekonomi keluarga sangat menyesakkan, telah mengajarkan
saya satu kata penting dalam mengahadapi hidup; berjuang. Dari umur sangat
muda, saya sudah belajar apa itu bersabar dan berhemat, apa itu usaha dan
gagal, apa itu pencapaian dan syukur. Semua perjuangan ini sangat terpatri
dalam ingatan saya terutama dalam hal jenjang pendidikan. Masih jelas dalam ingatan
saya, bagaimana saya harus sekolah dengan pakaian bebas di Taman Kanak-kanak,
karena orang tua saya belum mampu membelikan seragam. Ditambah lagi plastik
kresek yang jadi wadah bekal. Saat itu merupakan kali pertama dalam hidup, saya
bertekad harus jadi orang yang bisa merubah keadaan dan saat itu pula saya
percaya sekolah merupakan jalannya. Berkah Tuhan Yang Maha Kuasa pula-lah yang
kemudian merubah kehidupan keluarga saya secara perlahan.
Hidup di kota yang
sama sekali berbeda dengan kampung halaman dimana bahkan listrik pun tak ada,
merupakan perjuangan besar bagi keluarga saya. Saya pribadi belajar banyak hal,
mulai dari membantu ibu melakukan banyak hal untuk mendukung ekonomi keluarga,
hingga berjualan di sekolah. Walau demikian kami semua tidak bersedih. Semua
langkah hidup saya lakoni, dan yang sangat beperan dalam pembentukan karakter
saya adalah pendidikan. Dimulai dari jenjang SMP saya sudah mendaftar sendiri,
tanpa bantuan orang tua. Di jenjang SMA, saya mendaftar di empat sekolah
favorit di kota saya dan lulus di tiga diantaranya. Saya pun memanfaatkan
kesempatan ini untuk menggali sedalam-dalamnya ide yang saya punya. Saya
terlibat di berbagai kegiatan sekolah dan pernah menjabat di beberapa posisi
penting di sana. Sampai kemudian kelulusan SMA dengan nilai yang sangat
memuaskan mengantarkan saya ke jurusan yang juga merupakan jurusan kedua
terfavorit di universitas saya pada saat itu.
Keberanian dan
keingintahuan saya yang besar memudahkan saya dalam setiap proses pembelajaran
di perkuliahan. Sampai tiba saat dimana seorang dosen favorit saya menceritakan
pengalamannya saat bersekolah di Amerika Serikat, tercetus ingin di hati,
dengan izin-Nya saya pun pasti bisa. Pengalaman beroganisasi di kampus dan
keterlibatan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat membuat saya berkesempatan
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan besar yang diadakan sampai di luar daerah.
Ini kemudian menjadi batu loncatan bagi saya untuk terus mengembangkan diri.
Hingga pada tahun 2007, sebuah organisasi pendidikan Amerika Serikat yang berbasis
di Indonesia mengumumkan peluang besar bagi mahasiswa untuk belajar bahasa dan
budaya di negeri Paman Sam, saya beranikan diri untuk mencoba. Semua tahapan
saya ikuti, sampai akhirnya Tuhan berkehendak saya lulus dan akan
diberangkatkan selama 2 bulan pada tahun 2008.
Pada saat itu, yang
terlintas di benak saya adalah, seorang anak dengan baju lusuh dan sepatu tak
layak pakai berjalan kaki meniti jalan sedang berangkat sekolah. Anak kecil
yang pernah dihina-dinakan karena kemiskinan, bukan karena perilaku. Anak yang
pernah menahan lapar karena tak punya apapun untuk dimakan, dengan doa orang
tua dan izin Tuhan Yang Maha Berkehendak, saya berkesempatan menginjakkan kaki
di tanah kebebasan. Negara adi kuasa yang pendidikannya jauh melampaui
negara-negara lain di dunia. Pencapaian ini merupakan sukses yang tidak hanya
ditujukan bagi saya tapi juga seluruh anggota keluarga saya. Tak pernah seorang
pun di keluarga saya yang berani bermimpi. Namun keyakinan akan kekuatan ilmu pengetahuan
dan keyakinan akan Tuhan, manusia mampu mewujudkan hal yang bahkan tak pernah
terpikirkan sekalipun.
Sepulang dari Amerika
saya terus berjuang menyelesaikan studi saya dan selesai dengan hasil yang
memuaskan dengan IPK X,YZ. Berselang beberapa lama sejak kelulusan pada tahun 2011 saya mengatur rencana-rencana
untuk dapat duduk lagi di bangku perkuliahan. Berbekal pengalaman dan koneksi
saya selalu ditawari pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pada waktu luang pun saya
mengisinya dengan terus belajar dan berburu beasiswa. Telah lebih dari 10 kali
kesempatan demi kesempatan saya kejar. Banyak yang gagal dari langkah pertama,
ada yang gagal di tahap wawancara dan bahkan ada yang gagal di tahap akhir
karena hal yang sama sekali diluar kuasa saya. Saya percaya, kata “tidak” tidak
berlaku untuk suatu pencapaian atas nama kebaikan. Bagi saya kata “belum”
merupakan padanan yang sangat sesuai. Maka sebagai beasiswa ke 11 yang saya
ikuti, dan kali ini saya berharap Tuhan merestui dan memberikan yang terbaik,
saya berharap sekolah lagi di jenjang yang lebih tinggi merupakan kesuksesan
lain yang bisa saya raih. InshaAllah.
Assalamualaikum mbak...
BalasHapusterima kasih sudah share essay nya.. Bermanfaat sekali..
Kalau boleh tau, mbak sudah kuliah di Amerika kah sekarang?
Salam
Mulia Agustina
Waalaikumsalam Mulia..
HapusSama sama.. Alhamdulillah kalau bermanfaat :)
Saya sekarang kuliah di Australia..
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusOrang yang mulia sepeti anda yang telah berbagi ilmu yang bermanfaat kepada orang lain, tolong jangan diberi catatan "jangan plagiat ya" karena akan mengotori niat yang semula sudah benar dan ikhlas, oke thank's
BalasHapusEr...
Hapus1) Saya tidak mulia...
2) Ada ( :p ) di akhir kalimat.. So...don't take things seriously...
valuable sekali mba, semoga mba nya sukses selalu ya mba, mungkin sekarang udah lulus lah ya, atau bhkan udah mengambdi thd negara,
BalasHapusthanks ya mba informasinya,,