Sebulan ini persis macam perasaan waktu ikut Pelatihan Kepemimpinan (PK) di gunung Salak. Naik gunung malam-malam, sampe sampe tidur segitu-gitunya. Tapi begitu pagi kegiatannya jadi asiiik.. ada sedikit drama, tapi perasaan pengen cepat-cepat selesai. TUhaaan.. kuatkan sampai hari pemakaian toga itu terjadi. Hiks..
jadi sekitar hampir 4 minggu lalu, ditengah perayaan ulang tahun teman yg suka cita. kawan dapat text dari kampung yang bunyinya kira-kia demikian; " Kak Upik, Makngoh meninggal".
ITu rasanya ya.. yang gak lemas aja sampe atot-atot (sendi-sendi meeen). Rasa bersalah, sedih, marah, tapi marah sama siapa? Marah pada diri sendiri tepatnya. Mengingat saat beliau masih hidup, saya bukanlah keponakan yang sangat berbakti. Cenderung keponakan kejam seperti di sinetron Bawang merah-Bawang putih (--") --> agak lebay.
Kawan langsong pulang ditemani seorang housemate, ditungguin di terminal ferry segala. Sungguh, kalau lah saya bisa balik lagi waktu, saya seharusnya tidak menyulitkan siapapun. Saya bisa mnta ijin, nangis-nangis di jalan, semua sendirian. SELESAi. Tapi.. saya sangat terkejut dan tidak berdaya. Sesampai di rumah, saya langsung berwudhu dan shalat, menangis sejadi-jadinya. Mengadu. minta maaf. Menyesali, menangis terus. Merenung.. sampai pada satu titik saya tidak sanggup berucap, namun disaat lain terus berceriita. Tiga hari terpanjang, dengan kuliah dan tugas. Dan tepat di hari keempat, kawan dapat lagi berita buruk bahwa keponakan dirampok begal. Dan trauma smeinggunya telah membuatnya melewatkan pendaftaran ulang universitas jurusan favoritnya. Dia mematikan handphone selama seminggu dan tidak keluar kamar kecuali untuk makan dan toilet. KEponakan terdekat yang tumbuh bersama denganku. Apa dikata, mungkin Tuhan punya rencana lain. Dan saya alotnya, cuma bisa menyemangati dan berdoa.
Tiga minggu kemudian, bapak saya dirawat di RUmah Sakit karena ada sedikit gangguan dengan jantungnya. Keluarga kami sungguh sangat "family-oriented", "family-people". Semua orang penting dan saat satu susah maka semuanya susah. Ibu di kampung selama 3 minggu itu, sehingga bapak yag tinggal di Banda sulit tidur dan makan. Sampai mengganggu kesehatan beliau. Alhasil, begitu ibu tiba di Banda, bapak langsung dilarikan ke Rumah Sakit. Ibu pun jatuh sakit karena kelehan 4 hari kemudian.
Tuhaaaan.. Tuhaaaaan... Tuhaaan.. hanya kepada nya saja saya mengadu. Belum lagi masalah tetek bengek pindah memindah yang seharusnya biasa aja ini, tapi kok ya jadi terkesan besar ya? ENtahlah, orang punya cara pandang masing-masing. Dan saya pun punya preferensi sendiri. Ibarat nilai yang dianut oleh orang dari daerah saya. Untuk menjaga persaudaraan, justru jangan terlalu dekat, beri jarak sedikit.. Maka dengan tujuan hubungan terus rekatlah semua saya putuskan. Dan tanpa menafikkan bahwa saya butuh suasana baru; Kawan Pembosan tingkat tinggi.!!
Belum lagi tugas-tugas akhir semester yang semuanya 40%. Syukur sudah selesai satu, tinggal 3 dan saya disni ngeblog!! CUtmoooooon!!!
Tak apa, tak mengapa. Badan pun dah pegal pegal men. Malam gak bisa tidur. Pagi bangun, tidur lagi!! Tuhaaaan.. Tuhana saja yang bisa ijinkan saya sampai sejauh ini, maka Tuhan pula yang buat saya kuat. INshaAllah saya kuat.
26 Mei 2015
jadi sekitar hampir 4 minggu lalu, ditengah perayaan ulang tahun teman yg suka cita. kawan dapat text dari kampung yang bunyinya kira-kia demikian; " Kak Upik, Makngoh meninggal".
ITu rasanya ya.. yang gak lemas aja sampe atot-atot (sendi-sendi meeen). Rasa bersalah, sedih, marah, tapi marah sama siapa? Marah pada diri sendiri tepatnya. Mengingat saat beliau masih hidup, saya bukanlah keponakan yang sangat berbakti. Cenderung keponakan kejam seperti di sinetron Bawang merah-Bawang putih (--") --> agak lebay.
Kawan langsong pulang ditemani seorang housemate, ditungguin di terminal ferry segala. Sungguh, kalau lah saya bisa balik lagi waktu, saya seharusnya tidak menyulitkan siapapun. Saya bisa mnta ijin, nangis-nangis di jalan, semua sendirian. SELESAi. Tapi.. saya sangat terkejut dan tidak berdaya. Sesampai di rumah, saya langsung berwudhu dan shalat, menangis sejadi-jadinya. Mengadu. minta maaf. Menyesali, menangis terus. Merenung.. sampai pada satu titik saya tidak sanggup berucap, namun disaat lain terus berceriita. Tiga hari terpanjang, dengan kuliah dan tugas. Dan tepat di hari keempat, kawan dapat lagi berita buruk bahwa keponakan dirampok begal. Dan trauma smeinggunya telah membuatnya melewatkan pendaftaran ulang universitas jurusan favoritnya. Dia mematikan handphone selama seminggu dan tidak keluar kamar kecuali untuk makan dan toilet. KEponakan terdekat yang tumbuh bersama denganku. Apa dikata, mungkin Tuhan punya rencana lain. Dan saya alotnya, cuma bisa menyemangati dan berdoa.
Tiga minggu kemudian, bapak saya dirawat di RUmah Sakit karena ada sedikit gangguan dengan jantungnya. Keluarga kami sungguh sangat "family-oriented", "family-people". Semua orang penting dan saat satu susah maka semuanya susah. Ibu di kampung selama 3 minggu itu, sehingga bapak yag tinggal di Banda sulit tidur dan makan. Sampai mengganggu kesehatan beliau. Alhasil, begitu ibu tiba di Banda, bapak langsung dilarikan ke Rumah Sakit. Ibu pun jatuh sakit karena kelehan 4 hari kemudian.
Tuhaaaan.. Tuhaaaaan... Tuhaaan.. hanya kepada nya saja saya mengadu. Belum lagi masalah tetek bengek pindah memindah yang seharusnya biasa aja ini, tapi kok ya jadi terkesan besar ya? ENtahlah, orang punya cara pandang masing-masing. Dan saya pun punya preferensi sendiri. Ibarat nilai yang dianut oleh orang dari daerah saya. Untuk menjaga persaudaraan, justru jangan terlalu dekat, beri jarak sedikit.. Maka dengan tujuan hubungan terus rekatlah semua saya putuskan. Dan tanpa menafikkan bahwa saya butuh suasana baru; Kawan Pembosan tingkat tinggi.!!
Belum lagi tugas-tugas akhir semester yang semuanya 40%. Syukur sudah selesai satu, tinggal 3 dan saya disni ngeblog!! CUtmoooooon!!!
Tak apa, tak mengapa. Badan pun dah pegal pegal men. Malam gak bisa tidur. Pagi bangun, tidur lagi!! Tuhaaaan.. Tuhana saja yang bisa ijinkan saya sampai sejauh ini, maka Tuhan pula yang buat saya kuat. INshaAllah saya kuat.
26 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar