Sendu..seolah sunyi...
hanya beriring lagu itu.
Sendu senja dan rindu
Semilir musim panas menghembus...
Dan aku..dan dia...menyusuri jalanan sepi berpagar maple hijau..
Warna warni...bunga...kulit...wajah...
lagu itu lagi...terus mengiang...terus ....seolah aku kembali jalani lagi..setapak sunyi...
tawa renyah...
Tapi sendu lagi
sunyi lagi...
Lagu itu lagi...
dan baunyapun tercium...
Oh ..Corvy
Jumat, 18 November 2011
Rabu, 09 November 2011
Marah itu Api
Malam...bulan penuh lagi, dan aku...
Dalam keadaan sesal yang teramat sesal. Mengutuki diri sendiri karena tidak pernah berhasil mengendalikan api dalam hati.
Selalu saja... Atau mungkin "kemarahan" ku di ujung sudah...
Berbulan-bulan..bertahun-tahun.... Kadang saat hal yang tidak benar kita saksikan dan tak kita pedulikan, bukan berarti hal itu lewat begitu saja. Sadar tidak sadar, ada benih disna, tertanam subur dengan "salah-salah" yang terus bertambah tambah. Dan pada waktunya, hanya perlu sepercik api untuk dilemparkan pada kubangan bensin yang siap menyalap, saat itu juga.
Marah itu... wahai bulan, Seperti paku yang menancap ke kayu. Saat dipaksakan melobangi kayu, akan ada kepuasan, namun tak selamanya paku bertahan. Sehingga pada saatnya saat maaf memaksa paku untuk keluar, ada bekas disana. Dalam... Tak ada yang bisa kauperbuat wahai bulan. Sesal pun tak berguna.
BUlan yang penuh lagi malam ini....
Mungkin kau tak penuh benar...
Tapi malam kemarin marahku melewati kata "penuh" untuk kemudian membuncah.
MArah... seperti api... menghancurkan apapun yang disentuhnya. DAn Aku, menghancurkan hati-hati yang seharusnya tak boleh kusakiti. Menodai tali-temali yang tak boleh kunodai. Marahku, menyembur seperti kawah gunung merapi. Menghancurkan "rasa iba"... Melumat "rasa Bangga", untuk kemudian menghapus "sayang" hingga yang tersisa hanya benci...
Benci yang berujung pada "tega"... Ke"tegaan" untuk menyakiti dan menghancurkan..
Ketegaan yang meluputkan rasa "melindungi". Membunuh "penghargaan" atas nama manusia. Benci yang mematikan ...
Berujung dendam..........
Marahku wahai bulan, selalu berujung dendam...
Marahku wahai bulan... adalah ketakutan terbesar dalam hidupku. Tak kutahu kapan hilang. Tak kutahu kapan datang. Marahku wahai bulan, sampai di titik yang menghancurkan.... aku, hatiku, harapanku, hati-hati pengasih yang ada didekatku...
Marahku wahai bulan... Bawa pergi saja kalau kau bisa,
Karena marahku, wahai bulan, Membunuhku pelan....
Ulee Kareng, Nov 9 2011
Dalam keadaan sesal yang teramat sesal. Mengutuki diri sendiri karena tidak pernah berhasil mengendalikan api dalam hati.
Selalu saja... Atau mungkin "kemarahan" ku di ujung sudah...
Berbulan-bulan..bertahun-tahun.... Kadang saat hal yang tidak benar kita saksikan dan tak kita pedulikan, bukan berarti hal itu lewat begitu saja. Sadar tidak sadar, ada benih disna, tertanam subur dengan "salah-salah" yang terus bertambah tambah. Dan pada waktunya, hanya perlu sepercik api untuk dilemparkan pada kubangan bensin yang siap menyalap, saat itu juga.
Marah itu... wahai bulan, Seperti paku yang menancap ke kayu. Saat dipaksakan melobangi kayu, akan ada kepuasan, namun tak selamanya paku bertahan. Sehingga pada saatnya saat maaf memaksa paku untuk keluar, ada bekas disana. Dalam... Tak ada yang bisa kauperbuat wahai bulan. Sesal pun tak berguna.
BUlan yang penuh lagi malam ini....
Mungkin kau tak penuh benar...
Tapi malam kemarin marahku melewati kata "penuh" untuk kemudian membuncah.
MArah... seperti api... menghancurkan apapun yang disentuhnya. DAn Aku, menghancurkan hati-hati yang seharusnya tak boleh kusakiti. Menodai tali-temali yang tak boleh kunodai. Marahku, menyembur seperti kawah gunung merapi. Menghancurkan "rasa iba"... Melumat "rasa Bangga", untuk kemudian menghapus "sayang" hingga yang tersisa hanya benci...
Benci yang berujung pada "tega"... Ke"tegaan" untuk menyakiti dan menghancurkan..
Ketegaan yang meluputkan rasa "melindungi". Membunuh "penghargaan" atas nama manusia. Benci yang mematikan ...
Berujung dendam..........
Marahku wahai bulan, selalu berujung dendam...
Marahku wahai bulan... adalah ketakutan terbesar dalam hidupku. Tak kutahu kapan hilang. Tak kutahu kapan datang. Marahku wahai bulan, sampai di titik yang menghancurkan.... aku, hatiku, harapanku, hati-hati pengasih yang ada didekatku...
Marahku wahai bulan... Bawa pergi saja kalau kau bisa,
Karena marahku, wahai bulan, Membunuhku pelan....
Ulee Kareng, Nov 9 2011
Minggu, 06 November 2011
What used to happened is just happened. Things that you thought has changed is just there...so still. They never be others. They are still what they were. They never turned to be something else.
They didnt change. I DIDN'T CHANGE. I am still who I was. I do what I used to do. I like the same things. I own the sme stuff. I care the same people. I still hate what I have to hate.
What used to happen is just happened.
I act like a normal. While they never felt so.
What used to happen is just happened...
UleeKareng, Nov 7 2011
2.10 am
They didnt change. I DIDN'T CHANGE. I am still who I was. I do what I used to do. I like the same things. I own the sme stuff. I care the same people. I still hate what I have to hate.
What used to happen is just happened.
I act like a normal. While they never felt so.
What used to happen is just happened...
UleeKareng, Nov 7 2011
2.10 am
Langganan:
Postingan (Atom)