Aku bangun pagi ini,
membuka mata, dan hal pertama yang terlintas adalah begitu berat hari-hari yang
telah kulalui. Begitu menyakitkannya fakta yang kudapat kemarin sore.
Orang bilang, hari cerah
mu diawali dengan senyuman di pagi hari dan aku membayangkan, mungkin ke
depannya dalam waktu dekat, tak akan ada senyum lagi di pagi hari. Sebanyak apapun
orang di sekelilingmu menyemangati dan mengatakan ada hikmah dibalik semua
garis yang telah ditentukan, tetap saja kau butuh waktu untuk bangkit. Waktu untuk
merenungi dan waktu untuk menerima bahwa ini adalah yang terbaik yang telah
tuhan rencanakan untukmu.
Pernah berencana,
menghujat semua ynag telah menarikku jauh kemari. Kalau lantas kalian mengira
aku tak pantas, kenapa justru menggiringku kemari dari awalnya. Kenapa lantas
buat aku berharap banyak. Kelak jangan harap aku mencoba lagi hal yang sama. Tapi
benarkah demikian? Bukan.. bukan mereka yang salah. Mungkin aku Cuma manusia
tolol yang terlalu percaya diri, atau manusia tengik yang terlalu sombong, dan
saat ini Tuhan sedang menamparku, keras...lantas aku... bersabar dan tabah
adalah jalan yang sekarang mau tak mau harus kujalani.
Skenario lain adalah..
aku kembali ke masa-masa sulit meyakini diri bahwa setiap orang berhak mencoba
kesempatan kedua. Setiap orang berhak melakukan kegagalan, toh kita Cuma manusia.
Datang dan keluar dari tempat yang hina. Membawa kotoran dalam perut
kemana-mana. Menjadi salah...menjadi gagal, sudah jadi ketentuan yang harus
kita hadapi kalau tidak hari ini, mungkin besok, kalau tidak besok mungkin
nanti. Setiap orang punya porsi yang sama, yang akan didapat dalam waktu yang
berbeda.
Tapi lagi-lagi... apakah
aku sekuat ini, sebijak ini. Bohong kalau ada yang bilang aku bisa langsung
bangkit saat godam kenyataan ini menghantamku jatuh ke dasar bumi. Bohong kalau
malam mampu mengobati sakit hati yang perihnya mungkin akan bertahan sampai aku
lupa. Lupa? Bohong kalau orang bilang aku bisa lupa dengan semua yang telah
kukorbankan. Kuusahakan dan hasilnya....nihil.
Ada pemikiran yang
mengatakan, orangyang tangguh lahir tidak sedemikiannya. Mereka ditempa waktu
dan zaman, mereka jadi tangguh karena mereka belajar menerima kenyataan hidup
yang akan sulit bagi sebagian besar orang lainnya. Tapi, apa iya aku setangguh
ini? Apa iya aku sekuat ini? Apa iya!?
Memutar kembali saat aku
pertama kali mengetahui kenyataan ini kudapat. Menyaksikan lagi cara ku
menumpahakan marah tempo hari, menangis dan berteriak di tengah alam... Marah? Siapa
yang sebenarnya sedang kuhujat? Siapa sebenarnya yang sedang kutantang. TUHan!?
Manusia? Aku?
Menyedihkan.. menyedihkan
dan memprihatinkan. Perempuan dungu yang gagal dua kali dalam hal yang sama
sekali sama. Lantas berlari jauh, menyendiri dan meneriaki alam? Alam? Semesta
punya salah apa terhadapku? Menangis!? Apa yang sebenarnya kutangisi? Gagal? Semua
orang pernah gagal... sakit? Semua orang pernah sakit. Kecewa? Semua orang juga
sama.
Hikmah? Huh... hikmah....
maaf, mungkin sekarang hujatku pada hikmah akan lebih kentara ketimbang
syukurku akannya. Mungkin nanti aku terima. Tapi sekarang... mungkin menangis
satu-satunya obat terbaikku. Kekecewaan yang teramat dalam ini. Kepahitan yang
harus kutelan walau aku tak suka.
TUHan.... sebenarnya
sedang tunjukkan aku apa? Sebenarnya sedang ajarkan aku apa? Apa aku terlalu
berdosa? Apa aku tak pantas dapatkan ini semua? Sebenarnya sedang rencanakan
aku apa?
Ini yang terbaik...ini
yang terbaik.... tau apa? Sejak kapan manusia bisa menyetarakan gagal dan baik
dalam satu garis yang sama. Gagal itu buruk...selamanya buruk. Baik hanya cara
kita memberi diri kesempatan kedua. Bagiku, ini kesempatan kedua dan aku...
gagal lagi.
MasyaAllah... Tuhan..
sedang ajarkan aku apa? Bukankah kemarin aku telah alami yang serupa? Bukankah kemrin
aku berkubang dengan ini semua? Apa aku harus sekuat ksatria? Untuk apa? Aku tak
perlu sekuat mereka. Aku Cuma perempuan cengeng biasa yang pura-pura kuat,
pura-pura tegar...tapi aku Cuma manusia biasa...
Ajarkan aku apa?? Kuharap
waktu mampu pulihkan ini semua,..dan pada akhirnya memang hikmah itu yang Kau
ajarkan padaku yang mampu kuterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar