Jika hidupku bernyanyi..
Jika cita dan cintaku adalah simponi…
Akan kuawali semua dengan “what a wonderful world”
oleh Celine Dion, aku tak suka Louis Amstrong yang memulai semuanya … Namun
saat aku sadar bahwa setiap manusia harus menangis, Billy Gilman menyanyikan
“One Voice” untukku. Menyadarkan bahwa dunia tak sebegitu indahnya. Dan setiap
saat aku menghadapi kemelut selalu kuberlari pulang, “Feels Like Home” millik
Edwina Hayes akan menemani langkahku pulang padanya, ibu…
Saat aku mendewasa, menyukai apa yang belum pernah
kusuka, mengerti ketertarikan, Gilman lgi2 bersamaku dengan “I Think She Likes
Me”, kuganti she menjadi he dan Nika Costa menyanyikan “First love” untukku.
Senangnya….
Bukan kah jatuh cinta itu indah, tapi kadang
memalukan tuk diungkap, hingga hanya bintanglah tempat bertanya, (Apa Kata
Bintang, Gita Gutawa). Ada Ruth Sahanaya yang membantuku merangkai kata, walau
ternyata aku sendiri, tidak seperti lirik lagu itu. Dan karena ternyata lagu
Gilman bukan untukku… Karena ternyata aku meyakini Bryan Adams dalam lagunya
“When You Love Someone”… aku biarkan ia terbang…. saat itulah Sheryl Crow
menamparku dengan “The First Cut is The Deepest”…. Dan sampai saat itu pulih
selama itu pula Vince Gill dan “Someday” menenangkanku…
Aku suka The Rain, seorang “sahabat” mendengarkan
lagu2nya padaku, dan kisah kami pun “terlalu indah” tuk dilupakan. Aku suka
Rain, The Rain, dan hujan… saat hujan tiba seolah rintiknya datang mendamaikan
hatiku, dan Utopia disana dengan “Hujan”. Joe Purdy pun sama denganku, ia
bilang “I love the rain the most”
Saat hujan itu pergi, ada bias disana dengan
pelangi, aku mau Faith Hill menyenandungkan “Somewhere over the rainbow”,
selalu… selalu, selalu aku merindu laguku…
Semua kembali biasa, dan hidupkupun kuseligi dengan
indahnya simponi “childhood”, dan mengenang kisah cinta pertamaku dengan “L for
Love”….aq suka keduanya…
Tersenyum membuatmu bahagia, atau kau bahagia karena
tersenyum, aku percaya keduanya…. Bukankah hidup terlalu indah tuk
ditangisi….Louis Amstrong lagi-lagi memaksaku mendengar lagunya “What a
wonderful world”… hehhehehe…. Bagaimanapun aku sangat menyukai lagu ini.
Tapi, “loneliness know me by name” selalu saja
terdengar…ugh….what do you know “westlife”?
“The woman in me needs a man in you” kata Shania
Twain…..whatever kataku!!
Saat aku harus meninggalkan rumah, saat itu Bryan
Mc. Fadden menyumbangkan “Sorry Love Daddy” untuk ku.
Aq lebih suka mendengar “Moonriver” di saat itu,
Andy Williams benar2 piawai menyanyikan lagu ini, seolah aku ada di rumah kecil
di peternakan di negri nya… benar2 feel country… hihihi, ada Trisha Yearwood
dengan “There goes my baby”, selalu mengingatkanku pada seorang teman….maaf
teman, I had to leave… jelas Trisha tidak boleh menyudahinya begitu saja, “For
Reason I’ve Forgotten” pun dilanjutkan.
Saat itu ada R Kelly bersamaku dan aku percaya aku
bisa “I believe I can fly” …. Dan Vanessa menggesek biolanya sehingga “Toccata
and Fugue in D minor” akan selalu kudengar dimanapun aku ada..
Apapun itu aku tak mau berbasib sama dengan Dale
Daniel “You Gave her your name”…tidak karena aq akan berlari pulang ketakutan
“petrified, fort minor”, aku akan memburu angin tuk pulang “back home”… dan
jika saat itu kau bertanya kenapa aku menangis maka putarlah “Goddbye” oleh Air
Supply, lagu lama memang…aku mulai mendengarnya sejak kecil dulu… maka jika itu
terjadi berbahagialah…. Karena aku selalu punya cara, sehebat Lizz Wright
menenggelamkan kesedihannya di pantai ..”Song for Mia”. Itu mengapa aku suka
pantai, aku akan selalu dekat dengannya.
Akan ada satu ketika, saat “Let Me Take You There”
milik Plain White Ts menjadi laguku. Saat itu aku tak akan mendengar Hoobastank
memarahiku dengan “If I Were You”….. tidak akan ada kesalahpahaman dan
Hoobastank tak akan menanyaiku dengan “What Happened To Us”
Semua akan pergi, kesedihan itu akan hilang….
Bersama ombak, menenggelamkannya di tengah laut. Dan saat itu aku akan
mendengarkan “Sahabat Kecilku” bercerita, seperti Gita Gutawa menyanyikannya.
Dan saat itu pula, kau tergantikan dengan sahabat lainnya, dan kami bernyanyi
tentang keberuntungan akan hati yang terobati, “Lucky” Jason Mraz selalu
kunanti dalam mimpi… pada saat itu, apapun boleh terjadi, tapi aku tak akan
seperti gadis yang diceritakan MLTR dalam lagunya “25 minutes” ….. dan walaupun
aku percaya saat Vince Gill mengatakan “Someday”, aku akan selalu pulang.
Disana di pintu paling belakang rumahku, akan kupangku seorang bocah tiga tahun
dan kunyanyikan “kasih ibu” padanya sebagaimana pun hancurnya hariku, akan
kuantar dia ke alam mimpi, seperti dulu ibunya pernah mengantarku tidur. It
feels like home to me, It’s a “Perfect World”, isn’t it, Simple Plan!?
25 January 2010, 12.30 pm
kereeen dari satu kalimat ke kalimat lain dengan judul lagu :D hahaha
BalasHapusMakasih Putri...
Hapus