Senin, 20 Oktober 2014

Re.post (JIKA HIDUPKU BERNYANYI)

Jika hidupku bernyanyi..
Jika cita dan cintaku adalah simponi…
Akan kuawali semua dengan “what a wonderful world” oleh Celine Dion, aku tak suka Louis Amstrong yang memulai semuanya … Namun saat aku sadar bahwa setiap manusia harus menangis, Billy Gilman menyanyikan “One Voice” untukku. Menyadarkan bahwa dunia tak sebegitu indahnya. Dan setiap saat aku menghadapi kemelut selalu kuberlari pulang, “Feels Like Home” millik Edwina Hayes akan menemani langkahku pulang padanya, ibu…

Saat aku mendewasa, menyukai apa yang belum pernah kusuka, mengerti ketertarikan, Gilman lgi2 bersamaku dengan “I Think She Likes Me”, kuganti she menjadi he dan Nika Costa menyanyikan “First love” untukku. Senangnya….

Bukan kah jatuh cinta itu indah, tapi kadang memalukan tuk diungkap, hingga hanya bintanglah tempat bertanya, (Apa Kata Bintang, Gita Gutawa). Ada Ruth Sahanaya yang membantuku merangkai kata, walau ternyata aku sendiri, tidak seperti lirik lagu itu. Dan karena ternyata lagu Gilman bukan untukku… Karena ternyata aku meyakini Bryan Adams dalam lagunya “When You Love Someone”… aku biarkan ia terbang…. saat itulah Sheryl Crow menamparku dengan “The First Cut is The Deepest”…. Dan sampai saat itu pulih selama itu pula Vince Gill dan “Someday” menenangkanku…

Aku suka The Rain, seorang “sahabat” mendengarkan lagu2nya padaku, dan kisah kami pun “terlalu indah” tuk dilupakan. Aku suka Rain, The Rain, dan hujan… saat hujan tiba seolah rintiknya datang mendamaikan hatiku, dan Utopia disana dengan “Hujan”. Joe Purdy pun sama denganku, ia bilang “I love the rain the most”

Saat hujan itu pergi, ada bias disana dengan pelangi, aku mau Faith Hill menyenandungkan “Somewhere over the rainbow”, selalu… selalu, selalu aku merindu laguku…
Semua kembali biasa, dan hidupkupun kuseligi dengan indahnya simponi “childhood”, dan mengenang kisah cinta pertamaku dengan “L for Love”….aq suka keduanya…

Tersenyum membuatmu bahagia, atau kau bahagia karena tersenyum, aku percaya keduanya…. Bukankah hidup terlalu indah tuk ditangisi….Louis Amstrong lagi-lagi memaksaku mendengar lagunya “What a wonderful world”… hehhehehe…. Bagaimanapun aku sangat menyukai lagu ini.
Tapi, “loneliness know me by name” selalu saja terdengar…ugh….what do you know “westlife”?
“The woman in me needs a man in you” kata Shania Twain…..whatever kataku!!
Saat aku harus meninggalkan rumah, saat itu Bryan Mc. Fadden menyumbangkan “Sorry Love Daddy” untuk ku.

Aq lebih suka mendengar “Moonriver” di saat itu, Andy Williams benar2 piawai menyanyikan lagu ini, seolah aku ada di rumah kecil di peternakan di negri nya… benar2 feel country… hihihi, ada Trisha Yearwood dengan “There goes my baby”, selalu mengingatkanku pada seorang teman….maaf teman, I had to leave… jelas Trisha tidak boleh menyudahinya begitu saja, “For Reason I’ve Forgotten” pun dilanjutkan.

Saat itu ada R Kelly bersamaku dan aku percaya aku bisa “I believe I can fly” …. Dan Vanessa menggesek biolanya sehingga “Toccata and Fugue in D minor” akan selalu kudengar dimanapun aku ada..

Apapun itu aku tak mau berbasib sama dengan Dale Daniel “You Gave her your name”…tidak karena aq akan berlari pulang ketakutan “petrified, fort minor”, aku akan memburu angin tuk pulang “back home”… dan jika saat itu kau bertanya kenapa aku menangis maka putarlah “Goddbye” oleh Air Supply, lagu lama memang…aku mulai mendengarnya sejak kecil dulu… maka jika itu terjadi berbahagialah…. Karena aku selalu punya cara, sehebat Lizz Wright menenggelamkan kesedihannya di pantai ..”Song for Mia”. Itu mengapa aku suka pantai, aku akan selalu dekat dengannya.

Akan ada satu ketika, saat “Let Me Take You There” milik Plain White Ts menjadi laguku. Saat itu aku tak akan mendengar Hoobastank memarahiku dengan “If I Were You”….. tidak akan ada kesalahpahaman dan Hoobastank tak akan menanyaiku dengan “What Happened To Us”

Semua akan pergi, kesedihan itu akan hilang…. Bersama ombak, menenggelamkannya di tengah laut. Dan saat itu aku akan mendengarkan “Sahabat Kecilku” bercerita, seperti Gita Gutawa menyanyikannya. Dan saat itu pula, kau tergantikan dengan sahabat lainnya, dan kami bernyanyi tentang keberuntungan akan hati yang terobati, “Lucky” Jason Mraz selalu kunanti dalam mimpi… pada saat itu, apapun boleh terjadi, tapi aku tak akan seperti gadis yang diceritakan MLTR dalam lagunya “25 minutes” ….. dan walaupun aku percaya saat Vince Gill mengatakan “Someday”, aku akan selalu pulang. Disana di pintu paling belakang rumahku, akan kupangku seorang bocah tiga tahun dan kunyanyikan “kasih ibu” padanya sebagaimana pun hancurnya hariku, akan kuantar dia ke alam mimpi, seperti dulu ibunya pernah mengantarku tidur. It feels like home to me, It’s a “Perfect World”, isn’t it, Simple Plan!?

25 January 2010, 12.30 pm


2 komentar: