Diriwayatkan dulu...saat bumi belum tercipta dan "insan" belum ada, konon penghuni surga terdiri dari dua makhluk Tuhan yang sangat sempurna. Malaikat yang terbuat cahaya, yang air matanya mampu hadirkan "bahagia" lainnya dan Azazil yang gagah perkasa yang terbuat dari Api. Kedua ciptaan TUhan ini hidup damai di surga. Sampai Tuhan menyerukan akan ada satu ciptaan baru yang jauh lebih lemah dari kedua ciptaan terdahulu. Ciptaan yang terbuat dari liat dan penuh cela, punya cacat, tak segagah dan sekuat Azazil, tak sesuci Malaikat. Jauh dari kata sempurna. Namanya manusia.
Tuhan meminta Malaikat dan Azazil untuk lantas menghormati Manusia. Karena dengan segala kekurangan yang mereka punya, kelak yang terbaik dari mereka akan jauh berkualitas "hidup dan matinya" dari pada pendahulu mereka, penyembah Tuhan paling sempurna, Malaikat dan Azazil. Malaikat adalah makhluk cahaya yang tak pernah membangkang, patuh dan taat tanpa bertanya pun menyangkupi. Sial, Azazil merasa diri lebih baik dari Manusia lantas membuatnya menertawakan ide ini. Dia membangkang. Menolak untuk hormat dan bahkan mengutuki, dengan lantang berkata Manusia hanya akan menghancurkan dunia, saling membunuh, bercerai berai, meninggalkan Tuhannya, bahkan "meniadakan" keberadaanNya.
Terusirlah Azazil dari singgasana surga. Keangkuhan telah menerumuskannya. Iblis kemudian menjadi namanya. Pembangkang. Kesombongan yang merajai dirinya membuatnya tersilap.
Benar adanya, banyak manusia yang saling membunuh. Manusia menghancurkan ibu buminya. Menyiksa dirinya dengan berlaku gila pada dunia. Meninggalkan TUhan-nya dan lantas lupa...lantas alpa. Namun apa lantas Iblis punya hak melawan Tuhannya? Apa lantas "pengetahuan" nya yang "berbatas" menjadi senjatanya pada "Maha Mengetahui"?
Sombongnya ia, Iblis yang telah membangkang. Lupa bahwa Tuhan Di Atas Segalanya Tahu apa-apa yang tersembunyi. tahu isi2 hati dan rahasia-rahasia langit.
Sombongnya ia, Iblis telah salah "men-generalisasi" semua manusia. Iblis tersilap ada manusia-manusia suci lagi sempurna dengan penyembahannya terhadap Tuhan. Manusia-manusia sui yang disebut Nabi, Rasul. Manusia-manusia taqwa yang menyemah Tuhan tanpa henti. Tuhan, hanya dan satu dzat saja yang berhak sombong.
Penyakit besar yang kadang sering singgah di hati manusia-manusia lemah.
kadang terlihat, namun sungguh yang tersembunyi di hati.. MElubangi jiwa, kosong...
Lantas tanpa sadar.. Bahkan sombong pun tak ingat namanya lagi.
Lupa di atas langit masih ada langit.
Lupa di sempurnanya ilmu, masih ada cacatnya jiwa-jiwa yang menguasainya.
Lupa bahwa kadang "pengetahuan" ikut serta dengan keangkuhan.
Lupa bahwa hanya dengan kerlingan mata, sunggingan di bibir, dan desahan napas pun..
"kegagahan" itu menyentuh kalbu-kalbu di sekitarnya. Meruntuhkan bahagia-bahagia kecil atas nama tawa. Memporak porandakan kebaikan bernama percaya. Mengikis jiwa besar bernama keberanian. Membunuh..hubungan-hubungan indah bernama "saudara"
Sesombong itukah kita?
Ilmu sejengkal, lantas mengatai orang lain bodoh?
Tahu setitik, lantas merendahkan jiwa-jiwa pengelana?
Gelar satu atau dua, lantas merasa lebih hebat, melukai hati-hati indah pencari ilmu bumi.
Pernah suatu hari seorang saudara berkata pada saudaranya.
"Teman.. Jika kau kelak tinggi di puncak sana. Jangan berhenti melihat ke bawah. Belajarlah terus. Tentang ilmu bumi. Tentang bagaimana agung dan besarnya ibu bumi. Dipijak, diludahi, dihancurkan, diporak porandakan. tapi tetap berikan mu udara.. Lewat julur-julur indah harapan. Lewat hijaunya hidup. Lewat warna-warni rasa dan sayang. Teman.. setinggi dan sebanyak apapun yang tahu kelak. Tetaplah percaya, kalau kau bukan sesiapa. Tetap lah seperti bumi dan ilmunya. membumilah kau. Dan teman.. saat kau terus menanjak naik, mengepak kan sayap. Kadang kau lupa kegirangan mu terhadap ilmu..dan sayap-sayap "kata" mu melukai saudaramu. Tetaplah membumi.. Karena kelak.. ilmu dan gagahmu. Kelak "tahu" dan "milik" mu ini toh cuma dunia. Ke bumilah tempat kembalimu, aku, dan kita semua"
UQ, 4.45 AM
October 2014
Tuhan meminta Malaikat dan Azazil untuk lantas menghormati Manusia. Karena dengan segala kekurangan yang mereka punya, kelak yang terbaik dari mereka akan jauh berkualitas "hidup dan matinya" dari pada pendahulu mereka, penyembah Tuhan paling sempurna, Malaikat dan Azazil. Malaikat adalah makhluk cahaya yang tak pernah membangkang, patuh dan taat tanpa bertanya pun menyangkupi. Sial, Azazil merasa diri lebih baik dari Manusia lantas membuatnya menertawakan ide ini. Dia membangkang. Menolak untuk hormat dan bahkan mengutuki, dengan lantang berkata Manusia hanya akan menghancurkan dunia, saling membunuh, bercerai berai, meninggalkan Tuhannya, bahkan "meniadakan" keberadaanNya.
Terusirlah Azazil dari singgasana surga. Keangkuhan telah menerumuskannya. Iblis kemudian menjadi namanya. Pembangkang. Kesombongan yang merajai dirinya membuatnya tersilap.
Benar adanya, banyak manusia yang saling membunuh. Manusia menghancurkan ibu buminya. Menyiksa dirinya dengan berlaku gila pada dunia. Meninggalkan TUhan-nya dan lantas lupa...lantas alpa. Namun apa lantas Iblis punya hak melawan Tuhannya? Apa lantas "pengetahuan" nya yang "berbatas" menjadi senjatanya pada "Maha Mengetahui"?
Sombongnya ia, Iblis yang telah membangkang. Lupa bahwa Tuhan Di Atas Segalanya Tahu apa-apa yang tersembunyi. tahu isi2 hati dan rahasia-rahasia langit.
Sombongnya ia, Iblis telah salah "men-generalisasi" semua manusia. Iblis tersilap ada manusia-manusia suci lagi sempurna dengan penyembahannya terhadap Tuhan. Manusia-manusia sui yang disebut Nabi, Rasul. Manusia-manusia taqwa yang menyemah Tuhan tanpa henti. Tuhan, hanya dan satu dzat saja yang berhak sombong.
Penyakit besar yang kadang sering singgah di hati manusia-manusia lemah.
kadang terlihat, namun sungguh yang tersembunyi di hati.. MElubangi jiwa, kosong...
Lantas tanpa sadar.. Bahkan sombong pun tak ingat namanya lagi.
Lupa di atas langit masih ada langit.
Lupa di sempurnanya ilmu, masih ada cacatnya jiwa-jiwa yang menguasainya.
Lupa bahwa kadang "pengetahuan" ikut serta dengan keangkuhan.
Lupa bahwa hanya dengan kerlingan mata, sunggingan di bibir, dan desahan napas pun..
"kegagahan" itu menyentuh kalbu-kalbu di sekitarnya. Meruntuhkan bahagia-bahagia kecil atas nama tawa. Memporak porandakan kebaikan bernama percaya. Mengikis jiwa besar bernama keberanian. Membunuh..hubungan-hubungan indah bernama "saudara"
Sesombong itukah kita?
Ilmu sejengkal, lantas mengatai orang lain bodoh?
Tahu setitik, lantas merendahkan jiwa-jiwa pengelana?
Gelar satu atau dua, lantas merasa lebih hebat, melukai hati-hati indah pencari ilmu bumi.
Pernah suatu hari seorang saudara berkata pada saudaranya.
"Teman.. Jika kau kelak tinggi di puncak sana. Jangan berhenti melihat ke bawah. Belajarlah terus. Tentang ilmu bumi. Tentang bagaimana agung dan besarnya ibu bumi. Dipijak, diludahi, dihancurkan, diporak porandakan. tapi tetap berikan mu udara.. Lewat julur-julur indah harapan. Lewat hijaunya hidup. Lewat warna-warni rasa dan sayang. Teman.. setinggi dan sebanyak apapun yang tahu kelak. Tetaplah percaya, kalau kau bukan sesiapa. Tetap lah seperti bumi dan ilmunya. membumilah kau. Dan teman.. saat kau terus menanjak naik, mengepak kan sayap. Kadang kau lupa kegirangan mu terhadap ilmu..dan sayap-sayap "kata" mu melukai saudaramu. Tetaplah membumi.. Karena kelak.. ilmu dan gagahmu. Kelak "tahu" dan "milik" mu ini toh cuma dunia. Ke bumilah tempat kembalimu, aku, dan kita semua"
UQ, 4.45 AM
October 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar