Minggu, 11 Desember 2011

JAdi GUru!?


Pernah aku berjanji pada diri sendiri tak akan memulai menulis semua kejadian dalam kelas2 tempatku mengajar sebelum aku merasa benar2 jadi guru. Namun saat ini aku merasa tak ada salahnya semua itu kuabadikan lewat aksara, sebelum smuanya terlambat. Sebelum aku kehilangan kemampuan "memanggil" semua memori untuk kembali.

Mengajar di berbagai tempat, dengan murid dari segala umur dan masalah sebenarnya bukan perkara gampang. Ketimbang materi, hal yang paling memberatkanku sebenarnya adalah beban moril...tanggung jawab akan jadi seperti apa mereka setalah aku menyampaikan ilmu yang kupunya. Akan lebih baikkah? Akan jadi manusia yang bergunakah? Lebih jauh lagi, akankah semua yang kusampaikan bermanfaat!?

Bayangan-bayangan bahwa ternyata tak semua siswa bisa "menyenangi" kadang sering membuatku frustasi sampai pada tingkat ingin sejenak berhenti. Bukan tak pernah aku berhenti, lebih tepatnya mengambil masa rehat. Akhirnya justru seperti ada bagian hidupku yang hilang. Seolah hidup ku tak lengkap.

Tak pernah dalam hidup aku bermimpi menjadi pendidik, guru. Berinteraksi dengan orang-orang, menjadi role-model. ENtahlah... Namun waktu mengantarkanku ke titik dimana aku justru mensyukuri akan pilihan-pilihan yang pernah mengantarku kesini.

Berdiri disana di depan kelas, dihadapan anak didik yang jumlahnya tak sedikit perlu tingkat "nerve" yang tidak biasa. Mengesampingkan ego, membuang kepentingan pribadi, bukan hal mudah.

Tak perlu pintar untuk menjadi guru. Tak perlu menguasai banyak hal untuk menjadi guru. Lihai dalam menyampaikan apa yang dimaksudkan menurutku sudah cukup.

Pengalaman mengajar di TK, berhadapan dengan anak-anak lucu. Mendengar imajinasi mereka yang tak berujung, merasakan emosi-emosi mereka yang sederhana. Sungguh, kalaulah dinilai dengan "uang", pengalaman ku bersama anak-anak mungil ini tak pernah mampu kubeli...."lagi". Pernah menangis karena kenakalan mereka, terpukul dengan "kemalangan nasib" yang menimpa mereka, tertawa dengan keunikan mereka, kepolosan, keluguan, kejujuran anak-anak yang tak akan berubah sepanjang masa. Anak-anak tetaplah anak-anak.

Akan lain halnya berhadapan dengan remaja-remaji muda yang akan beranjak jadi remaja yang sebenarnya. Bukan saat tersulit. Bagiku masa ini adalah masa paling aman dalam hidup. Siswa SMP mulai mengerti bagaimana mencoba menjadi "dewasa" namun tetaplah kapasitas mereka hanyalah anak-anak. Akan banyak cerita tentang mereka...nanti.... ceritaku...cerita mereka..

Siswa SMA sejauh ini adalah siswa tersulit yang harus kuhadapi. Ke"sok-tahu-an" mereka kadang membuat tingkat kesabaran.ku habis. KAdang mereka lancang, merasa diri paling benar dan aku tak bisa membatasi diri dengan tidak berubah menjadi "aku yang sebenarnya". Namun akhirnya aku sadar, jadi seorang guru artinya harus menyisihkan ke-egois-an yang ada. Membantu siswa "belajar" dalam arti yang sebenarnya. Membuka jalan bagi mereka melihat dengan mata sendiri, bukan dengan mata kita, dengan cara pandang yang benar justru lebih sulit dari sekedar mengajarkan materi tersulit sekalipun.

Lain halnya dengan mahasiswa... manusia dewasa yang merasa diri sudah "cukup dewasa" dan memang bagiku saat ini, mengajar di tingkat ini adalah yang paling kunikmati. Jarang ada kecamuk... :)
SEmoga terus begini...

Diluar itu semua, aku masih lah seorang manusia, masih banyak hal yang harus dibenahi untuk jadi "guru" yang sebenarnya. Cita-cita masa lalu atau bukan, yang jelas jadi "guru" yang sebenarnya kan jadi jalan hidupku, akan jadi mimpiku, akan jadi lahanku untuk menimbun amal sebanyak-banyaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar