Selasa, 19 Juli 2011
MAu Kemana setelah ini?
KIta kadang terlalu menikmati hari-hari sampai lupa kemana sebenarnya arah dan tujuan hari-hari itu. Aku pribadipun demikian...
Saat ditanya kemana kau akan pergi untuk berlibur, maka pilihanku adalah yang terjauh dari semua pilihan yang ada, karena aku lebih menikmati perjalanan, bukan tujuan. Bagiku, berada diatas kendaraan, duduk menikamati setiap pemandangan diluar jendela mobil dengan mata telanjang, menghirup udara, merasakan angin dengan jari-jari yang kupunya, memejamkan mata menciumi bau jalanan... Itu semua lebih berharga daripada apa yg akan kutemui nanti di ujung jalan sana, tujuan perjalanan itu sendiri.
SAat dihadapi kenyataan bahwa aku tak bisa menentukan alur hidupku sendiri, maka kadang aku berharap terlahir tunggal saja. Aku punya hidupku sendiri, tak ada sesiapapun bisa hentikan langkahku. Namun, bukankah itu tidak bersyukur namanya!?
Kadangpun aku seperti di persimpangan dan aku sedang menghadap ke arah jalan yang benar-benar kumaui, benar-benar ingin kulalui... Namun orang-orang disekitarku menghentikan langkahku dan mengatakan itu bukan jalanku, setidaknya bukan sekarang. Dengan upaya mereka, memaksaku_yah...setidaknya aku benar2 merasa terpaksa, menuju jalan yang benar2 tidak ingin kulewati. MUak! hanya itukah yang tersisa.
Dulu saat2 perjuangan skripsi sedang kujalani, yang terpikir adalah, Cepat mon! cepat! begitu banyak kesempatan melanjutkan sekolah di luar, dan jangan sampai kamu melewatkannya untuk kesekian kalinya. Namun sekarang, saat ijazah telah di tangan, semua yang diharuskan akan kupenuhi (insyaAllah), lagi-lagi aku tak punya hak atas hidupku.
Mungkin memang begini hidup. Kita tak hidup untuk diri sendiri, banyak orang lain yang punya hak atas diri kita, tapi tetap egoku yang terdalam tak bisa terima. Oh Tuhan.... apa salahnya sekolah lagi!? setahun dua tahun apa salahnya!? tapi tetap aku yang harus mengerti....
Bekerja! aku sekarang bekerja... namun untuk jadi seperti yang mereka maui.... Tak mau rasanya, tapi harus. Dan mungkin aku harus melakukan hal yang paling kubenci sekalipun tuk membahagiakan mereka. MasyaAllah...semoga aku ikhlas dengan ini semua.
Lantas sekarang aku harus kemana? mau kemana? berdiri disana disisi jalan yg mereka mau, melangkah sekenanya, menginjak duri yang mungkin akan melukaiku, dalam... Atau kembali kejalan yang kumaui, berlari kencang, melawan waktu.... Setibanya diujung jalan, aku akan kembali.... Akan kukembali dan kulaui jalan yang kalian maui.... Bolehkah demikian!? Bolehkah hidupku aku saja yang putuskan!? bolehkah hidupku aku saja yang pusingkan!?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar