Jumat, 20 September 2013

the hardest Wednesday of the year

Clumsy adalah nama tengah saya untuk dua minggu terakhir. Kecerobohan demi kecerobohan berujung pada luka kecil dan besar. Mulai dari terantuk meja, kejedot pintu, kejepit tangan, tangan teriris cutter, kaki terjepit meja (kok bisa!?), sampai yang paling parah, terbakar knalpot. Babak belur dah... belum lagi, ini semua jatuhnya disaat lagi banyak-banyaknya kerjaan.

And the worst was the last Wednesday. Berangkat dari rumah udah yang pagiiii kali. Berharap sampe sekolah fresh lah ya kan. Mana ada! Tetiba aja hoyong saket kepala. Padahal hari itu jam ngajar penuh. Yasudir... tanggung jawab tho. Jam pulang kelas saya sekitar 12.30. Tapi berhubung anak-anak harus ditungguin untuk dijemput, yaaa... mau begimana lagi. Itupun minta bantuan co.teacher buat wakilin karena saya mau pulang cepat, karena jam 15.00 saya ada jam mengajar lagi di tempat lain. Dua kelas dengan durasi 1,5 jam perkelas. Dalam artian, saya harus persiapkan bahan mengajar pas waktu pulang.

Mengingat keefektifan waktu, meluncurlah saya ke rental dekat rumah dengan tujuan, siap nge.print ya langsung pulang. Sedang asik-asiknya edit bahan, jreng jreng.. telpon bunyi, panggilan masuuuuk Rupanya si Dindo Sarindo yang telpong. "Apa Nak!?" tanya saya. "Aloooot, Dinda saket kali ni, mau pulang, tapi gak bisa. Kartu izin keluar Dinda punya udah hilang" jelasnya panjang. Ya ampyuuun, that's only mean one thing. "Jadi!?", serobot saya. "Alot jempot Dinda lah lot. Kalau gak ada yang jemput gak boleh keluar..". Saya pun menjelaskan keadaan yang sebenarnya bahwa diriku akan mengajar lagi dalam 1, 75 jam lagi. Kapalo! Siap ngomong gitu, saya berasa tidak enak. "Yaudahlah Dinda.. tunggu ya"

Semua editan selesai, dan mulailah saya mengeprint dan meng.copy. Jugruk jugruk...jugruk jugruk bunyi printer meutuah punya abang rental. Hehehhehe.
Time to pay now. "Padup dek?" tanya saya sama si penjaga warung,.. edo do eee, warung!?
"16.000 kak", jawabnya. Dengan gaya santai kaedah saya buka tas cari uang.. genjreeeeeng... Ternyata oh ternyata uang yang ada cuma selembar 10 ribuan. Whaaaaaa. Saya tidak hilang akal, maka semua isi tas saya keluarkan disitu, di depan adek-adek(ntah iya pun adek, sang tuha jih ngoen loen) yang jaga rental. Ketemu... selembar 2000an, 2 lembar seribuan.. Kiban cara... 2000 teuk pat tamita. Kapalo!! jreng jreng.. Buka kotak pingsil. Ghegheghegeh.... ada recehan disana, satu koin 1000 dan 2 koin 500. PAS!! HOREEEEEEEE. Achievement. Survive donk.. Dah bongkar tas gini.

SEnang kaedah kawan, padahal masalah nunggu tepat 500 meter dari situ. Maka sountrack film horor pun dimulai. Auuuuuuuuuuuu (kaedah suara serigala)

Kencang laju motor kutancapkan kaedah.. Sampai tiba-tiba... Tiba-tiba... Dug..dug...dug.. Kamate honda loen di teungoh jalan. Alah mak oi, kiban nyoe. Dengan sigap (terlambat sigapnya neng) saya buka tanki motor, ngintip. Berharap ada satu dua tetes yang nyempil. Cukuplah buat sampe sekolah Dinda. Pan disana si Dinda pasti ada uang (alot mumang). Masih santai... Theeeeeng... begitu dicek, bek han sititep, me si.lieh ludah than. Kapalo lom... Kiban nyoe. Barulah panik menyerang. Liat jam, sudah 1.30. Buka lagi dompet, berharap ada keajaiban ada uang nyelip disana. Ceng ceeng. Padahal tadinya satu tas sudah dikeluarin. Ternyata uang pun sudah benar2 ludes. Panik memasuki stadium 2. Cek hp dengan niat mau telpon Dinda. Jegreng jegreng ternyata pulsa seretoh rupia. Nyan baaaaan. Kamekarat nyoe. Call me pun diaktifkan, dan termakan lah pulsa yang sudah tak seberapa mana itu. Sebelum saya sadar bahwa ternyata pulsa segitu bisa mematikan koneksi internet walaupun kuota masih sejuta sekalipun. Whaaaa. Sebelum koneksi internet mati, cuma satu kalimat yang sempat terkirim ke si Amsal, sepupu saya "Sal... tulong kak UPik".... di ujung sana, tepatnya di Lamreung, pesan masuk dan heniiiiing. Si Amsal pun tak bergegas jak telepon loeng, HIyaaaaaaak. Tertahe tahe lah saya disitu selama 10 menit. Berpikir dan menangis (feel helpless ). I was in the middle of nowhere. Dengoen aneuk di sikula saket.

Terlihat lah kiosk orang jualan pulsa. "Nyaaan...nyoe payah lake tuloeng bak gob mekat pulsa". "Memelas stadium akhir" activated, seraya memisahkan diri dengan yang namanya "malu" dan "integritas diri sebagai manusia dewasa yang hati-hati". Si adek meutuah itu pun... Tidak bergeming. "Maaf kak. hana jeut bantu", katanya. Dan tertahe tahe episode kedua bersambung, diselingi iklan moe moe iem. Entah si adek tu gak sanggup liat, ntah bingung, dia pun akhirnya bertanya, "Nomornya kak?". Whaaaaaaaaaaaaa. Achievement loem, Berhasil! Begitu pulsa masuk si Amsal pun saya telpon lagi. "Sal... pat kheuh?" tanya saya dan sambil menjelaskan keadaan.

Amaaaaan pikir saya sambil menunggu the hero coming to help. 5 menit...10 menit...15 menit.. Phat aneuk metuah nyan? Setiap ada anak cowok lewat saya kira Amsal. "Sal...nyopat kak Upik" teriak saya sambil dada dada... ternyata bukan. Sudah lebih 6 honda yang saya "salah sangka kan". Cape deeee.

Akhirnya saya pun menelpon Mamak. "O maaaaaaaak..." mulai saya sambil menjelaskan keadaan yang clueless dan hopeless itu. Hehehhe, tentu saja pakai iklan "tears of heaven" (beuh pane from heaven!!)

Akhirnya ada sepupu yang lain, Mirza, yang jemput si Dinda ke sekolah berkat "titah" mamak. Maka menunggu Amsal pun dilanjutkan. Jreng.... Dia datang... tak tahan saya tak tersenyum... wheeeeeeee. Saya selamat. Ipetebiet peng le si Amsal lage aneuk muda India. Dibaye adek pulsanyan. Dikeluarkan plastik sekilo berisi minyak bensin, dan dituanglah ke dalam tangki yang sudah haus sejak dari tadi. (seriously... this part I call lebay bin alay).

Kabereh! Beuh pane bereh, jam sudah14.35 dan jam 15.00 saya masih harus ngajar. Oh Noooooooo. Again!? Balap lagi sampe rumah, "Maaaaaak... pasoe bue lam ploek, pajoh di tempat les mantoeng". berganti lah baju saya dengan baju yang baru saya sadari justru waktu saya selesai mengajar 3,5 jam kedepan. Baju gembel yang kebesaran dan kedodoran. Tapi tak apalah. Selesai. Ngajar sampai jam 18.30 dan saya meluncur pulang (when I say "meluncur", I literally mean "meluncur", because my speed is always around 70 to 90 km/hr_only when I ride alone)

Maghrib pun terasa lebih nikmat dan tenang. Asiiik. sampai dua ibu-ibu paruh baya datang tepat sesudah maghrib. "Pik...tolong lah edit skripsi ibu". Jreeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng. 2 ya ngoen! 2!! Whaaa. kakeuhlah. Dengar ibu-ibu tu ngomong panjang lebar masalah skripsi. Ya Tuhan. Udah berumur juga ya yang buat skripsi ini, kenapa disusahin!? Kasihan lah woi... Heran

Pulanglah mereka berdua setelah dua jam lebih. Dan godam pun berdentang di kepala saya. Saat saya lagi santai-santai tidur, Bruuuuuk... suara orang jatuh! apa lagi ni!?
Ternyata oh ternyata...Kakak tertua saya pingsan sodara-sodara! Di kamar mandi. Whaaaaaaaaa. Gak ada laki satupun di rumah, sedang keluar semua. Kapalo! Berempat dengan Mak, Kakak saya yang lain, dan sepupu perempuan, kami angkat si kakak ke dalam.

Fiuuuuuuuuh...... setelah si kakak sadar...
Masalah barupun entah berakhir, entah dimulai lagi. Yang jelas malam itu, tidur serasa dalaaam.
Rabu horor itu pun berakhir dengan pagi Kamis yang lebih dahsyat lagi.

Nyan ban cerita loen tuan... ^^

Lamreung, 21 September 2013