Senin, 20 Oktober 2014

Repost- My Lovely Childhood

Judulnya sebenarnya jauuuuuuuuuuuh sekali dengan cerita. It’s not a good piece of my life, but it’s give me a lot of lessons to learn.

Waktu itu umurku masih 8 tahun saja, kelas 2 SD negri setempat. Hidup tidak mudah saat itu. Makan minum pun tak begitu leluasa. Keluarga kami masih terbilang baru hidup di belantara Banda Aceh.
Seperti kebanyakan anak lainnya, ke sekolah pagi hari, berjalan kaki, menyebrangi jembatan yang membelah Skrueng Aceh, sesekali berpapasan dengan manusia paling legendaris di tempat itu. Secara umum orang-orang telah menobatkannya sebagai ikon tempat sekolahku berada, padahal dia bukan seorang yang sungguh hebat, dia hanya sedikit berbeda dengan orang-orang lain. Saat orang lain menggunakan handuk saat selesai mandi untuk mengerigkan badan, maka ia menjadikannya sebgai satu-satunya pakaian yang melekat di badan. Bagiku pribadi dia mirip Bob Marley, dengan kiwilan rambut menguning, sempurna.
Selalu ku berjalan kaki ke sekolah, hanya sekali-kali saja aku menumpang kendaraan umum serupa bis, DAMRI namanya. Sekali-kali itu kalau ada sisa jajan kawan.

Hidup keluargaku biasa saja. Walau hidup sedikit susah, aku diperlakukan beda oleh bapak. Sekali-kali di sore hari bapak memberikanku jajan extra. Sekali-kali saja. Dan aku sering berbagi dengan itu. Senang harusnya, namun berujung masalah.

Satu hari salah seorang ibu-ibu tetangga mengeluh pada ibu-ibu lain di komplek itu, bahwa anaknya sering sekali kehilangan uang jajan. Anak itu berayahkan si kaya yang punya toko di depan komplek kami. Toko yang penuh makanan dan permen, juga coklat, juga Indomie.
Ah, bahkan Indomiepun sangat teramat lezat saat itu. Pernah kami sekeluarga makan mie yang penuh lilin cair di dalamnya. Almarhum abangku memasaknya dengan penerangan lilin, dan tanpa sengaja menjatuhkan lilin kedalamnya. Kami tetap memakan mie kuah lilin itu. Terlalu sayang untuk membuang makanan. Apalagi Indomie. Tertawa-tawa kami sekeluarga sesaat sesudah makan mie kuah lilin itu. Bibir kami semua sudah penuh kerak lilin yang mengering. Sungguh indah masa itu.

Kembali ke perbincangan ibu-ibu komplek yang akhirnya berujung fitnah. Aku yang masih berumur 8 tahun saja itu pun menjadi tersangka; Pencuri uang-uang si anak kaya. Ah kawan... mengingatnya selalu membuatku terpukul. Bahkan sampai sekarang aku ketakutan sendiri saat ada barang yang hilang. Bukan takut karena aku BENAR mencurinya, bukan karena itu. Aku takut orang-orang menuduhku. Aku takut kejadian menyedihkan dan menakutkan itu menimpaku dan keluargaku lagi. Sakit benar saat itu.

Usut punya usut, gosip di komplek menyebar dan sampailah ke telinga ibuku. Entah apa yang beliau rasakan saat itu. Mak...mak.... sungguh kasihan dirimu, punya anak “tersangka pencuri uang seribu-duaribu saja”.

Aku pergi mengaji sore itu. Sampai maghrib dan pulang sesudah shalat Isya berjamaah. Keadaan  ekonomi ustadz.ku pun tak lebih baik dari kami saat itu. Dinding rumahnya yang dari kayu itu  punya begitu banyak celah entah karena sudah lapuk, entah karena rayab. Dari celah itulah seorang anak tetangga lainnya mengendap membocorkan semua cerita yang sedang beredar. Aku tak tahu apa-apa. Sampai saat itu, saat sahabat abangku yang tak mau mengaji itu datang dan menanyakan perihal “uang-uang hilang” padaku. Baik sekali abang itu mengkhawatirkanku, semoga Allah melapangkan tempat tidur terakhirnya. Ia sudah pergi, tapi aku selalu ingat kebaikan dan kesetiaannya pada keluarga miskin kami. “Dek.. apa benar kamu ada ambil uang anak bu “A”, tanyanya dari luar rumah di sela-sela dinding yang bisa rubuh kapanpun itu. Apa yang bisa kujawab, aku anak berumur 8 tahun, benar-benar tidak pernah mencuri, Demi Allah...belum pernah, selapar apapun. Aku terkejut, takut.... “Hana....hana bang.... (tidak...tidak bang)...”. “Oh...kajeut menyoe menan (Ok...baguslah kalau begitu)”, Alahai bang, semacam dia orang yang punya solusi saja ngomong gitu. Dia hanya memberi tahu bahwa ibu-ibu sdah berkumpul didepan rumahku membicarakan perihal “uang-uang hilang” itu.  Pengajian selesai, akupun berburu pulang dalam takut, dalam galau. Apa benar aku mencuri? Seingatku tidak. Apa benar aku mencuri? Tidak....Aku tidak pernah mencuri. Tidak pernah mencuri. Air matapun berlomba tuk keluar. Tidak dulu pikirku, aku harus pulang, harus bilang semuanya pada ibuku, pada Bapak. Ah Bapak... apa pikirnya ya saat itu. ...................... Kenapa pula jalan pulang begitu jauh, lama sudah, tapi tak sampai-sampai.

Dari jauh aku pun makin ketakutan. Aku, anak perempuan,8 tahun, baru pulang mengaji. Di depan rumah ibu-ibu kompplek sudah berkumpul. Ah..benar rupanya kata abang itu. Bagaimana aku harus bersikap. Akupun berjalan setengah berlari, setengah berjalan, tidak menunduk dihadapan mereka. Tak kulihat wajah mereka satupun. Namun aku tak kuasa untuk tak tertunduk, ibuku keluar dari kerumunan, menangkap tanganku pelan, lembut sekali. “Assalamualaikum...”. Kumasuki rumah saat ibu menuntunku masuk, beliau berbicara setenah berbisik, lembut sekali. “Nak, ibu mau tanya sesuatu”. Di kamar itu ibu mendudukkanku. Merengkuh bahuku, pelan tapi tegas. Apa yang bisa kulakukan, hendak menangis rasanya, tapi aku harus bicara dulu dengan ibu, harus dengar ibuku bertanya dulu. “Nak....benar kamu ada ‘ambil’ uang anak bu ‘A’?” tanyanya. Tak langsung kujawab, bukan karena tak tahu jawabannya. Bukan juga karena jawabannya ‘iya’. Bukan kawan.... Aku terlalu berat menahan tangis, sudah dari tempat ngaji tadi kutahan. Aku pun akhirnya menggeleng dan menjawab “Hana mak (Tidak bu)”, dan tanpa kusadari tangisku pecah sudah. Tak sanggup kutahan lagi. Aku menangis, menjerit sejadi-jadinya “HANA LOEN COK PENG JIH MAK...HANA LOEN COK PENG AWAK NYAN! (Saya gak ambil uang dia Mak, Gak ambil uang mereka). Tubuhku terguncang karena sesegukan. Ibupun menangis.... menangis sambil memelukku sangat erat. Lalu ibu menyapu air matanya dan bilang padaku “Ibu percaya kamu, sudah jangan nangis lagi”, dan beliau keluar kamar. Aku tak ingat kejadian apapun lagi malam itu, aku hanya ingat aku terus menangis sampai akhirnya tertidur. Tertidur dengan pemikiran-pemikiran ala anak 8 tahun; jangan mau miskin, karena kalau miskin, orang akan menuduhmu pencuri. Tidur dengan bayangan wajah-wajah “penuduh” yang akhirnya kumaafkan. Tidur sampai paginya, seperti biasa. Menjadi anak kecil lagi. Sekolah lagi, bermain lagi, tertawa lagi.

Seminggu kemudian salah seorang ibu-ibu yang berspekulasi itu datang kerumah. Ia menangis pada ibuku, minta maaf. Bukan padaku. Aku hanya memandang dari kejauhan, tak ada sedih karena air matanya. Kenapa? Mungkin anak 8 tahun itu sudah belajar dendam. Entahlah. Aku menatapnya dingin. Berhari-hari kemudian baru kami tahu bahwa si anak yang uagnya sering hilang itu punya kebiasaan aneh. Ah aku lupa menyebutkan, anak itu umurnya 4 tahun saja. Dia suka menyembunyikan uang, permen, mie, atau apapun pemberian ayahnya di bawah batu besar di depan rumahnya. Atau dibawah sofa ibunya. Atau dibawah kasur orang tuanya. Dan dia selalu lupa setelah melakukannya. Anak kecil....

Aku.... Aku baik-baik saja setelah itu. Begitu banyak kebaikan sesudah itu. Walau hidup kadang pernah sakit. Aku menghargai masa laluku, namun tak pernah bisa tersenyum mengenang yang satu ini. Dendamkah!? Mungkin tidak, karena kami berteman baik dengan orang-orang itu sekarang, Berpuluh tahun sesudahnya. Mungkin ibuku lupa, si penuduh juga lupa, kawan-kawanku lupa, saudara-saudaraku lupa. Tapi aku, yang berumur 25 tahun sekarang terlalu sakit melihat aku yang berumur 8 tahun diperlakukan seperti itu. Itu luka. Itu trauma. Itu mimpi buruk paling panjang yang pernah ada. Dan aku tak akan pernah bisa lupa......

                                                             
Selesai juga    :’) 2.20 am 8 July 2010
Dipublikasikan di blog ini 20 November 2014




Re.post (JIKA HIDUPKU BERNYANYI)

Jika hidupku bernyanyi..
Jika cita dan cintaku adalah simponi…
Akan kuawali semua dengan “what a wonderful world” oleh Celine Dion, aku tak suka Louis Amstrong yang memulai semuanya … Namun saat aku sadar bahwa setiap manusia harus menangis, Billy Gilman menyanyikan “One Voice” untukku. Menyadarkan bahwa dunia tak sebegitu indahnya. Dan setiap saat aku menghadapi kemelut selalu kuberlari pulang, “Feels Like Home” millik Edwina Hayes akan menemani langkahku pulang padanya, ibu…

Saat aku mendewasa, menyukai apa yang belum pernah kusuka, mengerti ketertarikan, Gilman lgi2 bersamaku dengan “I Think She Likes Me”, kuganti she menjadi he dan Nika Costa menyanyikan “First love” untukku. Senangnya….

Bukan kah jatuh cinta itu indah, tapi kadang memalukan tuk diungkap, hingga hanya bintanglah tempat bertanya, (Apa Kata Bintang, Gita Gutawa). Ada Ruth Sahanaya yang membantuku merangkai kata, walau ternyata aku sendiri, tidak seperti lirik lagu itu. Dan karena ternyata lagu Gilman bukan untukku… Karena ternyata aku meyakini Bryan Adams dalam lagunya “When You Love Someone”… aku biarkan ia terbang…. saat itulah Sheryl Crow menamparku dengan “The First Cut is The Deepest”…. Dan sampai saat itu pulih selama itu pula Vince Gill dan “Someday” menenangkanku…

Aku suka The Rain, seorang “sahabat” mendengarkan lagu2nya padaku, dan kisah kami pun “terlalu indah” tuk dilupakan. Aku suka Rain, The Rain, dan hujan… saat hujan tiba seolah rintiknya datang mendamaikan hatiku, dan Utopia disana dengan “Hujan”. Joe Purdy pun sama denganku, ia bilang “I love the rain the most”

Saat hujan itu pergi, ada bias disana dengan pelangi, aku mau Faith Hill menyenandungkan “Somewhere over the rainbow”, selalu… selalu, selalu aku merindu laguku…
Semua kembali biasa, dan hidupkupun kuseligi dengan indahnya simponi “childhood”, dan mengenang kisah cinta pertamaku dengan “L for Love”….aq suka keduanya…

Tersenyum membuatmu bahagia, atau kau bahagia karena tersenyum, aku percaya keduanya…. Bukankah hidup terlalu indah tuk ditangisi….Louis Amstrong lagi-lagi memaksaku mendengar lagunya “What a wonderful world”… hehhehehe…. Bagaimanapun aku sangat menyukai lagu ini.
Tapi, “loneliness know me by name” selalu saja terdengar…ugh….what do you know “westlife”?
“The woman in me needs a man in you” kata Shania Twain…..whatever kataku!!
Saat aku harus meninggalkan rumah, saat itu Bryan Mc. Fadden menyumbangkan “Sorry Love Daddy” untuk ku.

Aq lebih suka mendengar “Moonriver” di saat itu, Andy Williams benar2 piawai menyanyikan lagu ini, seolah aku ada di rumah kecil di peternakan di negri nya… benar2 feel country… hihihi, ada Trisha Yearwood dengan “There goes my baby”, selalu mengingatkanku pada seorang teman….maaf teman, I had to leave… jelas Trisha tidak boleh menyudahinya begitu saja, “For Reason I’ve Forgotten” pun dilanjutkan.

Saat itu ada R Kelly bersamaku dan aku percaya aku bisa “I believe I can fly” …. Dan Vanessa menggesek biolanya sehingga “Toccata and Fugue in D minor” akan selalu kudengar dimanapun aku ada..

Apapun itu aku tak mau berbasib sama dengan Dale Daniel “You Gave her your name”…tidak karena aq akan berlari pulang ketakutan “petrified, fort minor”, aku akan memburu angin tuk pulang “back home”… dan jika saat itu kau bertanya kenapa aku menangis maka putarlah “Goddbye” oleh Air Supply, lagu lama memang…aku mulai mendengarnya sejak kecil dulu… maka jika itu terjadi berbahagialah…. Karena aku selalu punya cara, sehebat Lizz Wright menenggelamkan kesedihannya di pantai ..”Song for Mia”. Itu mengapa aku suka pantai, aku akan selalu dekat dengannya.

Akan ada satu ketika, saat “Let Me Take You There” milik Plain White Ts menjadi laguku. Saat itu aku tak akan mendengar Hoobastank memarahiku dengan “If I Were You”….. tidak akan ada kesalahpahaman dan Hoobastank tak akan menanyaiku dengan “What Happened To Us”

Semua akan pergi, kesedihan itu akan hilang…. Bersama ombak, menenggelamkannya di tengah laut. Dan saat itu aku akan mendengarkan “Sahabat Kecilku” bercerita, seperti Gita Gutawa menyanyikannya. Dan saat itu pula, kau tergantikan dengan sahabat lainnya, dan kami bernyanyi tentang keberuntungan akan hati yang terobati, “Lucky” Jason Mraz selalu kunanti dalam mimpi… pada saat itu, apapun boleh terjadi, tapi aku tak akan seperti gadis yang diceritakan MLTR dalam lagunya “25 minutes” ….. dan walaupun aku percaya saat Vince Gill mengatakan “Someday”, aku akan selalu pulang. Disana di pintu paling belakang rumahku, akan kupangku seorang bocah tiga tahun dan kunyanyikan “kasih ibu” padanya sebagaimana pun hancurnya hariku, akan kuantar dia ke alam mimpi, seperti dulu ibunya pernah mengantarku tidur. It feels like home to me, It’s a “Perfect World”, isn’t it, Simple Plan!?

25 January 2010, 12.30 pm


Senin, 13 Oktober 2014

Sudah Sesombong itukah kita?

Diriwayatkan dulu...saat bumi belum tercipta dan "insan" belum ada, konon penghuni surga terdiri dari dua makhluk Tuhan yang sangat sempurna. Malaikat yang terbuat cahaya, yang air matanya mampu hadirkan "bahagia" lainnya dan Azazil yang gagah perkasa yang terbuat dari Api. Kedua ciptaan TUhan ini hidup damai di surga. Sampai Tuhan menyerukan akan ada satu ciptaan baru yang jauh lebih lemah dari kedua ciptaan terdahulu. Ciptaan yang terbuat dari liat dan penuh cela, punya cacat, tak segagah dan sekuat Azazil, tak sesuci Malaikat. Jauh dari kata sempurna. Namanya manusia.

Tuhan meminta Malaikat dan Azazil untuk lantas menghormati Manusia. Karena dengan segala kekurangan yang mereka punya, kelak yang terbaik dari mereka akan jauh berkualitas "hidup dan matinya" dari pada pendahulu mereka, penyembah Tuhan paling sempurna, Malaikat dan Azazil. Malaikat adalah makhluk cahaya yang tak pernah membangkang, patuh dan taat tanpa bertanya pun menyangkupi. Sial, Azazil merasa diri lebih baik dari Manusia lantas membuatnya menertawakan ide ini. Dia membangkang. Menolak untuk hormat dan bahkan mengutuki, dengan lantang berkata Manusia hanya akan menghancurkan dunia, saling membunuh, bercerai berai, meninggalkan Tuhannya, bahkan "meniadakan" keberadaanNya.

Terusirlah Azazil dari singgasana surga. Keangkuhan telah menerumuskannya. Iblis kemudian menjadi namanya. Pembangkang. Kesombongan yang merajai dirinya membuatnya tersilap.

Benar adanya, banyak manusia yang saling membunuh. Manusia menghancurkan ibu buminya. Menyiksa dirinya dengan berlaku gila pada dunia. Meninggalkan TUhan-nya dan lantas lupa...lantas alpa. Namun apa lantas Iblis punya hak melawan Tuhannya? Apa lantas "pengetahuan" nya yang "berbatas" menjadi senjatanya pada "Maha Mengetahui"?

Sombongnya ia, Iblis yang telah membangkang. Lupa bahwa Tuhan Di Atas Segalanya Tahu apa-apa yang tersembunyi. tahu isi2 hati dan rahasia-rahasia langit.
Sombongnya ia, Iblis telah salah "men-generalisasi" semua manusia. Iblis tersilap ada manusia-manusia suci lagi sempurna dengan penyembahannya terhadap Tuhan. Manusia-manusia sui yang disebut Nabi, Rasul. Manusia-manusia taqwa yang menyemah Tuhan tanpa henti. Tuhan, hanya dan satu dzat saja yang berhak sombong.

Penyakit besar yang kadang sering singgah di hati manusia-manusia lemah.
kadang terlihat, namun sungguh yang tersembunyi di hati.. MElubangi jiwa, kosong...
Lantas tanpa sadar.. Bahkan sombong pun tak ingat namanya lagi.
Lupa di atas langit masih ada langit.
Lupa di sempurnanya ilmu, masih ada cacatnya jiwa-jiwa yang menguasainya.
Lupa bahwa kadang "pengetahuan" ikut serta dengan keangkuhan.
Lupa bahwa hanya dengan kerlingan mata, sunggingan di bibir, dan desahan napas pun..
"kegagahan" itu menyentuh kalbu-kalbu di sekitarnya. Meruntuhkan bahagia-bahagia kecil atas nama tawa. Memporak porandakan kebaikan bernama percaya. Mengikis jiwa besar bernama keberanian. Membunuh..hubungan-hubungan indah bernama "saudara"

Sesombong itukah kita?
Ilmu sejengkal, lantas mengatai orang lain bodoh?
Tahu setitik, lantas merendahkan jiwa-jiwa pengelana?
Gelar satu atau dua, lantas merasa lebih hebat, melukai hati-hati indah pencari ilmu bumi.

Pernah suatu hari seorang saudara berkata pada saudaranya.
"Teman.. Jika kau kelak tinggi di puncak sana. Jangan berhenti melihat ke bawah. Belajarlah terus. Tentang ilmu bumi. Tentang bagaimana agung dan besarnya ibu bumi. Dipijak, diludahi, dihancurkan, diporak porandakan. tapi tetap berikan mu udara.. Lewat julur-julur indah harapan. Lewat hijaunya hidup. Lewat warna-warni rasa dan sayang. Teman.. setinggi dan sebanyak apapun yang tahu kelak. Tetaplah percaya, kalau kau bukan sesiapa. Tetap lah seperti bumi dan ilmunya. membumilah kau. Dan teman.. saat kau terus menanjak naik, mengepak kan sayap. Kadang kau lupa kegirangan mu terhadap ilmu..dan sayap-sayap "kata" mu melukai saudaramu. Tetaplah membumi.. Karena kelak.. ilmu dan gagahmu. Kelak "tahu" dan "milik" mu ini toh cuma dunia. Ke bumilah tempat kembalimu, aku, dan kita semua"


UQ, 4.45 AM
October 2014


Rabu, 08 Oktober 2014

Month #2 and I'm Rich... God.. I'm Rich

It's already more than two months I've been here in Australia. There's always this temptation I'd like to do called "comparing". I have the opportunity in the past to study in one other country for eight weeks.  And it means that this time I have the same length of time being in that country and being in Australia. And.. for sure I experience more and more things that I never expect to get. I know that comparing will never help. It's the worst you can do when staying in a new place. Neither helping nor comforting, this "comparing stuff" will stress you more and more. 

At this very moment I have things to be told, like bunches of it. What happened lately had led me to be a rich person indeed, I guess. I have a various experience from "being attacked by what so-call stereotyping" to "getting mingled  with more and more friends", from "missing home so much it led me crying bad" to "getting crazy with housemates everyday".

Just some weeks ago, I was attacked by two men in the middle of the daylight. One of them attempted to burn my scarf and the other said "terrorist" to me. I was shocked.. and hell..I wanted to fly home and I cried for couple of times for some days after. I believe I am a strong woman, but dude.. seriously. No matter how strong and brave you are, when you are away from home, you're gonna be vulnerable; inside and outside. I feel like I become a crybaby here for the first month and after that incident.  Not to mention my family who already know everything about this. I need and feel like I have to explain things like "Come on.. don't worry guys. Australians are nice people. But I was just at my bad luck meeting the bad apples". and after the "call home" I always ended up crying again and again because some sisters and parents also cry there. They keep saying "Be save, we always pray for you..". The police and friends are so nice though. They are super great people in Australia. I am so grateful for having the chance to meet some. I appreciate them and I hope God bless them (I know.. a little bit too much.. hahahha ). And the good news is "What goes around, comes around" for that man. (--) I don know what to say.

I feel so tired of nothing sometimes, but I remember this fact that "diamond is just a piece of charcoal that handled stress exceptionally well", and  "Get through it! and grow up!" were words that I kept saying to myself, but still... a little cries.

So.. I might say; I am rich.. I am rich.. for couple of time
I am rich of opportunities and experiences and I'd like to thanks everyone to help me make it happened. I want to count to count more and more bless I get every single minute now and then. 

I spent some "happy time" with friends, so fun that I forget what happened to me for a while. We had a very fun time

and the fireworks

So.. Luckily, I have great friends, Super duper great housemates, supportive family, and my scholarships provider as way beyond what I expect. They responded me and morally support me towards everything. 


What can I ask more.. Life is beautiful, and here I will survive and I will pass every single subject. Yeah.. Seven is impossible for this semester, but next semester, I will inshaAllah..Amiiin.





Kamis, 28 Agustus 2014

Being a month and in Crisis (haha..)

How do you start your day here in Australia? It's a bit struggle for me to wake up early. Not only is all about the cold weather, but I find myself never have enough sleep lately.. Like everyday. It's been exactly a month, and I am settled now, er... Really!?

I usually take the bus to go to school (I like it to say it school). And things that I am used to doing here now are greeting the bus drivers and saying thank you every time, just like others do. They are all nice people. TBH, I think that the nicest people of Brisbane are the bus drivers. I love them. Some seem enjoy their works so much and radiate the happiness they feel to the passengers. Most will say "Enjoy your day", "Study hard" and so on etc.. I only get the exact same words from my Mom back home. Here.. I get it from the bus drivers, everyday. And I am so grateful that Brisbane have their most beautiful people as their bus drivers.

The next things I face are always causing me to generate lots and lots of energy dealing with my own feeling. How would you feel if you experience these things. You are so happy starting the day and suddenly you pass some people chatting and when they see you they're suddenly silent. Or how do you feel when people seeing you in the weirdest way you can imagine? I saw this advertisement 'The Invisible Discriminator' - Stop. Think. Respect. one day in my first two weeks being in Australia. And I actually experience the same thing couple of times like that old man in the bus. If he were you, how do you feel?  Or how about this? I run to school one morning, catched the bus and had nothing with me, because I just wanted to meet a friend to give her some money for the house we would rent. Then I was in the lift, in Duhigg building heading up to level 3_my friend was there, when suddenly the lift door opened the previous level. These two women were so into their chat. They were actually going into the lift when they realized I was there, and to my surprise, one of them was saying "Oh my.." with her shocked face. Okay.. Maybe they were so into the talk that it shocked them to see someone was already there in the lift. But, how do you feel.. if you were me. NO.. they were half way into the lift but decided not to get in. Maybe I exaggerate things, but I do feel it every time  "they" see me, they have something in mind that causes them to see the ground. What's that!? What I know is that... I feel so irritating by everything lately.

I always end up my days feeling so tired. So freaking tired of the thoughts of,  is it only me being so sensitive lately? But fortunately, I have some friends that so open up, so welcoming, supporting and helping. Those first four Vietnamese friends are great people. My friend from OMan and China, I find so comfortable being around them. And my housemate, they are my family now. They are the best that asked when they feel things need to be asked. And that's how you treat people properly.

Being judgmental is so normal. It's so human. But maybe when you find things are so different, please don't run, just ask. Assuming never solves anything.

I had a very nice talk with a safety bus driver last night. He was so kind. We started talking about weather, then about how people should "behave" in a new place. When you come to a new place, it is you who have to adjust and deal with the situation. You don't expect things to change and suit you. And Indonesians have the same proverb that sounds "Dimana kaki dipijak disitu langit dijunjung". Literally it means, You respect the laws where you are. I try my best to fit in, but the looks, the sudden moves you make when I am around are so irritating.

Or maybe.. everything I feel is just a crisis phase I need to deal with in my "U-curve" of cross cultural adjustment. Yeah, maybe I was just in paranoia... Have a good day mate...  Everything is gonna be alright.. Everything is gonna be okay. Amiiin.

:)

Sabtu, 16 Agustus 2014

From County Fair in US to Ekka in AUS

They have different names, but I see that they have so much in common.

I went to Brisbane Exhibition of agricultural day this afternoon which is called Ekka. This exhibition got a lot of attractions that are worth to try. From ghost ride to lucky draw, from lots of food stalls to any other games_you've got to pay for sure. As its name, what seems for me as "farming", the main attractions of the exhibition was cattle like cows, bulls, horse race, and Llama. for the last name mentioned, I recall my memory to my experience back then in 2008 at Corvallis, Oregon.

Ekka is a unique name to simplify the word "exhibition" (http://www.ekka.com.au/about-ekka/history.asp), while the country fair I visited 6 years ago is known as "Benton County Fair"

I was so excited to attend both of the events. Pictures would tell the rest of the story..

I didn't have the guts to take pic with Llama in 2008. FYI: We don't have Llama in Indonesia, so it is a rare occasion to take picture with Llama.. :p
Harusnya ke Ekka bisa gratis macam ke Benton County Fair, cuma karena kita masih awam ya mesti bayar deh.... :p


Hm.....


Kuda meeeen....

Wahana....wahana... wahana....



Poto-poto terus... Gak ada duit buat cobain...hemat...hemat...mahasiswa...



Selasa, 12 Agustus 2014

Re...Late...isn't...ship

Maybe I'm just a kind of girl who thinks that there is no and never be that sweet happy ending story for everyone. I mean.. let's get rational. When you pick up 10 apples from one tree, there must be one that is not totally perfect, from the outside. Nope... I'm not talking about the taste. Go to that fruit stall near you, and try to pick one. More than 90% people I know would choose that one apple with perfect size and color and perfectly riped. Did I miss something? The thing is.. when you eat it, they maybe taste the same. 

Yeah.. Once it comes to being picky and stuff, we always being judgmental, and seriously.. There is nothing wrong with that. It is so natural that all people are gonna choose that one apple that look good ignoring the fact that sometime it tastes worse than the one that just stay there in the basket, got rotten during time. And.. poor apple, all the sweetness it has, goes astray. 

That apple that ends rotten just because people got so judgmental-that-is-so-called-normal is just another analogy of the situation where in life, things may end up so unfair. When talking about that unfair thing, we apparently use our own perspectives at most of time. We don't care what people say, and all those motivating words goes nowhere because we think we are the most pathetic human being on earth for our misfortunes.

Then let's take a look on one thing that is called fairy tale. When we were kids, we were so young and pure to believe that everything is just gonna be perfect at its time. Or..I might say, we were to dumb to understand that life is not just meeting that prince charming that appears out of nowhere and you fall for him in a snap.. and bang.. You got married. Happily ever after.

Yeah.. the truth is, we come to realize that happiness is not a matter of material or achievement. It is actually not about getting rich or going abroad for scholarship. We all absolutely know that being happy is a matter of perspective. You believe you are happy, then you are happy. But ..truly, what happening in our real life often startles us. Some people just keep on believing and acting that they never get enough of this life. At some points they tend to ignore the happiness that are so real on their face just because they think they don't have what they want yet. 

Today, I am in a position that most of friends would say "Ah.. you are that lucky one". Yeah.. I am. I am happy. Little that people know, I struggled so hard in getting this for some reasons that may sounds stupid for them. And then what? And so what? This is my decision. I respect it. You can really get offended by someone's decision in life. Really, that is the most childish thing a grown up would do. And am I that happy? Nah.. not really.. I still want more, and that is life. You stop wanting "things", you are not living.

I watched a movie tonight that so intrigues me in certain ways. Not only because I come from a culture that is so freaking different but also the fact that all the women, generally, feel that insecurity when in comes to relationship these days. Pffft.. It's along way to get to my point, isn't it?

I do believe that everyone has his/her own book of life. You write it, I write it, we write it. It is just a matter of time in what chapter you want that turn out point in your book would be, you decide that. I may be in a chapter that most of people will say an"achievement", but I myself feel it the other way around. It is just another starting point I have to get through life, and I love it for sure. But again, people have perspectives. They will ask another question of life about your life. Nothing is wrong about that. The truth is I get so distracted when people ask me about relationship. Anyway..  Back to the apple, I am that apple who might be 5 out of 10 apples who got sold out too late. But who cares!? I am not an apple. People are living. And I am living. I will be in that boat, on the ship of you guys, who are so lucky who get the real adventures of life earlier. But that doesn't make me misfortune. I am late.. but my late arriving was due to my whole fun adventures. So lovely I won't regret any second of it. Now.. I'm on that different ship to be on that one you all have. Someday.. I'll be there.. hohoho.. ;)

Be happy for wherever you are now. You don't know that people out there actually want to be in yours. You never know. Because you don't live mine, I don't live yours. Then.. Let's live in harmony, and don't you ever get offended by any "fortunate events" someone else gets, because you don't know. You really don't know... Happiness is all about the way you see it. Get your chin up.. be happy. There are a lot of great things out there. Be grateful because you never know when time will stop for you.


Kamis, 07 Agustus 2014

Australia Day 1

pic from http://aceh.tribunnews.com/2011/11/07/jamaah-shalat-id-sesaki-baiturrahman

Pertama sekali menginjakkan kaki di Australia, saya tiba di Sydney. Deg-degan campur baur perasaan karena baru saja Subuh di dalam pesawat dan saat itu seharusnya saya sedang bersiap-siap shalat Ied. Tapi yang terjadi, saya berburu waktu ambil bagasi dan menuju ke bagian imigrasi buat cap di passport dan clearance. Alhamdulillah semuanya lancar. Sampai di titik semua barang saya diendus-endusin anjing. Oh Tuhaaan.. hanya Dia saja yang tahu setakut apa saya pada anjing.

Disitulah musibah ini terjadi..

Pesawat selanjutnya ke Brisbane boarding 7.45. Itu artinya saya cuma punya waktu sekitar 15-20 menit. Keluar dari terminal 1 ke terminal 2 yang pertama menyambut saya adalah udara dingin yang berhembus.. brr... Perasaan saya campur aduk waktu itu. 1 Syawal 1435 H benar-benar awal yang baru bagi saya. Di depan petugas saya hendak mengeluarkan boarding pass, sampai saya ingat... Tas hitam saya mana!?

Disaster!!! Innalillahi...Allahuakbar... Allah...Allah.. Bantu saya.. Hanya itu saja yang terpikir. Semua barang berharga dalam tas itu. Semua.. semuanya... TT~TT. Terbayang wajah mak dan bapak.
Saya meluncur kembali ke Terminal 1, sambil terengah-engah saya tanyai setiap petugas..Buggage service adalah tempat pertama yang saya datangi. Mereka menanyakan beberapa hal dan mengarahkan saya ke Airport service di level di atas gedung tersebut. Tiba disana, seorang wanita yang sudah berumur lanjut menyambut saya... "Ya Allah... semoga ini pertanda baik", dan nenek itu menanyakan saya apa yang terjadi, sambil terengah-enagh saya bercerita dan tangis itu pun meledak sudah. Nenek yang baik hati, dia memanggil temannya yang tidak jauh berbeda umur. Dia minta kakek itu mengantar saya ke suatu tempat. Alas... tempat yang kakek itu tuju adalah tempat pertama yang saya datangi. "Saya sudah kesini tadi pak... mereka bilang tidak bisa bantu". Si kakek bingung, mukanya jadi gak enak, dan sangat menyesal. Kami baru saja hendak ke tempat lain, saat petugas di dalam ruangan tersebut menunjuk-nunjuk saya.

Lebaran saya, yang pertama di negeri Kangguru. Hari pertama saya di tanah orang lain. Dan Allah.. Allah.. Allah saja Yang punya kuasa. Seseorang telah menemukan tas saya dan mengembalikannya ke buggage service maskapai penerbangan yang saya tumpangi.
Saya tak sanggup berdiri, dan tersungkur ke lantai... Sujud syukur.. Terimaksih Allah, telah ajarkan saya kuat, telah ajarkan saya berserah dan berharap hanya padaMU semata. Semua yang ada di ruangan menyemangati saya. Orang-orang baik yang terus menepuk pundak saya. "Semua akan baik-baik saja" kata mereka.

Saya salami mereka satu-satu.. Minal Aidin wal Faidzin batin saya berseru.. Semoga Allah membahagiakan kalian semua. Si Kakek masih menunggu di luar ruangan. Menunggu dan menyaksikan semua kejadian dengan tenang. KAkek itu mengucapkan kalimat syukur pada saya. Oh kakek.. harusnya saya sekarang sedang sungkem pada Bapak saya yang seumuran anda. Saya salami dia.. salim seorang anak pada orang yang lebih tua... MAsyaAllah..

Saya jelas tertinggal pesawat, tapi entah dengan kebijakan apa, saya dialihkan ke penerbangan berikutnya tanpa membayar sepeserpun. Mungkin memang saya yang tak mengerti.

Allah MAha Baik..

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar..wa lillailhamd...

Sepanjang perjalanan di pesawat air mata tumpah ruah,...
Ini lebaran dan Allah tunjukkan saya banyak hal di hari indah ini...

Maka nikmat Tuhanmu yangmanakah yang engkau dustakan

8 Agustus 2014

Jumat, 18 Juli 2014

Contoh Essay untuk Aplikasi LPDP; RENCANA STUDI

Berikut merupakan contoh essay saya yang saya gunakan untuk aplikasi LPDP. Setiap jurusan tentu punya ke.khusus.an masing-masing. Mennghubungkan antara ilmu yang akan diperoleh dengan karir setelah sekolah, menurut saya sangat diperlukan dalam menulis essay ini. Essay saya sangat sederhana, namun semoga contoh ini bermanfaat..

"RENCANA STUDI"

Saya telah menyelesaikan studi saya di Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2011 dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif yang memuaskan, X.YZ. Di jurusan ini saya belajar unsur-unsur bahasa, pedagogik, dan metode-metode pembelajaran yang bisa diterapkan pada setiap jenis sub pelajaran yang akan saya ajarkan di kelas nantinya. Saya juga berkesempatan mengahadiri seminar-seminar tentang pembelejaran Bahasa Inggris dengan pembicara baik dari dalam maupun luar negeri. Dunia perkuliahan tentunya tidak membuat saya terhenti dalam memberi manfaat pada komunitas sekitar. Saya terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti Radio Komunitas Meuraxa yang terwujud untuk membantu pengembangan ekonomi dan informasi penduduk Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh pasca tsunami 2004.
                Tepat setelah saya wisuda, pekerjaan yang sangat saya harapkan pun ditawarkan. Kelas demi kelas saya hadiri sebagai seorang guru Bahasa Inggris. Mulai dari sekolah Taman Kanak-Kanak, Kursus Bahasa, bahkan tingkat universitas. Menjadi guru TK jelas berbeda dengan menjadi guru bagi mahasiswa. Ada hari dimana paginya saya berperan sebagai guru TK, dan sorenya saya harus menyesuaikan diri dengan mahasiswa yang rentang umurnya sangat jauh dibandingkan murid TK atau SD. Namun demikian, saya menganggap hal ini sebagai tantangan yang harus saya hadapi sampai saya menikmati dan mensyukuri pekerjaan ini. Saat ini saya bekerja di sebuah sekolah internasional berbasis Bahasa Inggris semenjak pagi hingga siang, dan setelahnya saya melanjutkan mengajar Bahasa Inggris di tempat kursus bahkan sampai malam. Saya meyakini satu hal dalam teori belajar mengajar bahwa semakin banyak kita berbagi, maka semakin lama pula ilmu itu bertahan di dalam memori kita
         Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri sesering apapun saya mengajar, pembelajaran dan metode terus berkembang dan saya membutuhkan pembaharuan dalam pembelajaran. Ini artinya saya harus meningkatkan kapasitas ilmu saya dalam bidang belajar dan mengajar Bahasa Inggris, dan untuk itulah saya merasa sekolah kembali di jenjang yang lebih tinggi akan membantu saya mewujudkan peningkatan kualitas saya dalam mengajar. Master of Teaching English as Foreign Language pada dasarnya bertujuan mempersiapkan guru-guru Bahasa Inggris yang berkompeten dan berdnamika dalam peningkatan integritasnya sebagai seorang pendidik. Bidang studi yang diajarkan merupakan kelanjutan dan pengkajian lebih dalam dari ilmu yang sebelumnya pernah saya pelajari di jenjang sarjana, seperti misalnya Discourse Functional Grammar, Second Language Acquisition, Methods for Teaching English as a Second Language merupakan mata kuliah dasar pada gelar pasca sarjana ini. Dan ini merupakan pendalaman dari ilmu-ilmu yang pernah saya dapatkan di bangku sarjana dulu. Ilmu ini sendiri kelak akan sangat membantu saya dalam mengajar Bahasa Inggris baik pada tingkat pembelajar dini sampai dewasa.
               Setelah kepulangan saya tentunya saya akan kembali bekerja di institusi yang telah mengantarkan saya sampai sejauh ini, yaitu XXXX dan YYYY. Saya percaya kedua tempat ini berikut peserta didik dan kolega yang ada disana membutuhkan saya. Di XXXX khususnya, belum ada pendidik yang telah melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi seperti pasca sarjana, dan kehadiran saya akan sangat membantu dalam penyusunan kurikulum sekolah dan penyesuaian sistem yang baik untuk diterapkan di sekolah. Sementara di YYYY dimana ada beberapa kolega yang telah mendapat kesempatan pasca sarjana, namun semuanya merupakan lulusan Australia. Kehadiran saya yang merupakan kelulusan Amerika Serikat tentunya akan memberikan warna batu dalam pengajaran di YYYY dimana peserta didiknya kebanyakan adalah mahasiswa dan pegawai negeri dan swasta yang sedang dalam masa persiapan untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan akses yang luas ini saya percaya, ilmu yang saya dapat kelak akan dapat saya sebarkan secara optimal di berbagai jenjang dan akan memberi manfaat yang kompetitif bagi pendidikan di Aceh kelak. Semoga saja.


Contoh Essay untuk Aplikasi LPDP; KESUKSESAN TERBESARKU

Berikut merupakann contoh essay yang saya submit dalam aplikasi LPDP. Memang banyak cacat dan kekurangannya. Yang baik silahkan diambil, dan yang kurang jangan ditiru. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. InshaAllah...
*Jangan Plagiat ya... :P

"Berdamai dengan Penundaan demi Penundaan
Menuju Kesuksesan"

 Terlahir di keluarga besar pada saat kondisi ekonomi keluarga sangat menyesakkan, telah mengajarkan saya satu kata penting dalam mengahadapi hidup; berjuang. Dari umur sangat muda, saya sudah belajar apa itu bersabar dan berhemat, apa itu usaha dan gagal, apa itu pencapaian dan syukur. Semua perjuangan ini sangat terpatri dalam ingatan saya terutama dalam hal jenjang pendidikan. Masih jelas dalam ingatan saya, bagaimana saya harus sekolah dengan pakaian bebas di Taman Kanak-kanak, karena orang tua saya belum mampu membelikan seragam. Ditambah lagi plastik kresek yang jadi wadah bekal. Saat itu merupakan kali pertama dalam hidup, saya bertekad harus jadi orang yang bisa merubah keadaan dan saat itu pula saya percaya sekolah merupakan jalannya. Berkah Tuhan Yang Maha Kuasa pula-lah yang kemudian merubah kehidupan keluarga saya secara perlahan.
             Hidup di kota yang sama sekali berbeda dengan kampung halaman dimana bahkan listrik pun tak ada, merupakan perjuangan besar bagi keluarga saya. Saya pribadi belajar banyak hal, mulai dari membantu ibu melakukan banyak hal untuk mendukung ekonomi keluarga, hingga berjualan di sekolah. Walau demikian kami semua tidak bersedih. Semua langkah hidup saya lakoni, dan yang sangat beperan dalam pembentukan karakter saya adalah pendidikan. Dimulai dari jenjang SMP saya sudah mendaftar sendiri, tanpa bantuan orang tua. Di jenjang SMA, saya mendaftar di empat sekolah favorit di kota saya dan lulus di tiga diantaranya. Saya pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali sedalam-dalamnya ide yang saya punya. Saya terlibat di berbagai kegiatan sekolah dan pernah menjabat di beberapa posisi penting di sana. Sampai kemudian kelulusan SMA dengan nilai yang sangat memuaskan mengantarkan saya ke jurusan yang juga merupakan jurusan kedua terfavorit di universitas saya pada saat itu.
           Keberanian dan keingintahuan saya yang besar memudahkan saya dalam setiap proses pembelajaran di perkuliahan. Sampai tiba saat dimana seorang dosen favorit saya menceritakan pengalamannya saat bersekolah di Amerika Serikat, tercetus ingin di hati, dengan izin-Nya saya pun pasti bisa. Pengalaman beroganisasi di kampus dan keterlibatan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat membuat saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan besar yang diadakan sampai di luar daerah. Ini kemudian menjadi batu loncatan bagi saya untuk terus mengembangkan diri. Hingga pada tahun 2007, sebuah organisasi pendidikan Amerika Serikat yang berbasis di Indonesia mengumumkan peluang besar bagi mahasiswa untuk belajar bahasa dan budaya di negeri Paman Sam, saya beranikan diri untuk mencoba. Semua tahapan saya ikuti, sampai akhirnya Tuhan berkehendak saya lulus dan akan diberangkatkan selama 2 bulan pada tahun 2008.
                Pada saat itu, yang terlintas di benak saya adalah, seorang anak dengan baju lusuh dan sepatu tak layak pakai berjalan kaki meniti jalan sedang berangkat sekolah. Anak kecil yang pernah dihina-dinakan karena kemiskinan, bukan karena perilaku. Anak yang pernah menahan lapar karena tak punya apapun untuk dimakan, dengan doa orang tua dan izin Tuhan Yang Maha Berkehendak, saya berkesempatan menginjakkan kaki di tanah kebebasan. Negara adi kuasa yang pendidikannya jauh melampaui negara-negara lain di dunia. Pencapaian ini merupakan sukses yang tidak hanya ditujukan bagi saya tapi juga seluruh anggota keluarga saya. Tak pernah seorang pun di keluarga saya yang berani bermimpi. Namun keyakinan akan kekuatan ilmu pengetahuan dan keyakinan akan Tuhan, manusia mampu mewujudkan hal yang bahkan tak pernah terpikirkan sekalipun.
                Sepulang dari Amerika saya terus berjuang menyelesaikan studi saya dan selesai dengan hasil yang memuaskan dengan IPK X,YZ. Berselang beberapa lama sejak kelulusan pada tahun 2011 saya mengatur rencana-rencana untuk dapat duduk lagi di bangku perkuliahan. Berbekal pengalaman dan koneksi saya selalu ditawari pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pada waktu luang pun saya mengisinya dengan terus belajar dan berburu beasiswa. Telah lebih dari 10 kali kesempatan demi kesempatan saya kejar. Banyak yang gagal dari langkah pertama, ada yang gagal di tahap wawancara dan bahkan ada yang gagal di tahap akhir karena hal yang sama sekali diluar kuasa saya. Saya percaya, kata “tidak” tidak berlaku untuk suatu pencapaian atas nama kebaikan. Bagi saya kata “belum” merupakan padanan yang sangat sesuai. Maka sebagai beasiswa ke 11 yang saya ikuti, dan kali ini saya berharap Tuhan merestui dan memberikan yang terbaik, saya berharap sekolah lagi di jenjang yang lebih tinggi merupakan kesuksesan lain yang bisa saya raih. InshaAllah.

Kamis, 17 Juli 2014

Jangan Kalah dengan Angka!!

Success consists of going from failure to failure without loss of enthusiasm
(Winston Churchill)


Mulai menulis ini disaat genting seperti sekarang jelas bukan hal mudah bagi saya. Ya.. berniat menulisnya saat tiket sudah di tangan mungkin harus saya batalkan. Saat ini saya sedang menunggu COE dikeluarkan oleh universitas. Ah.. ini cerita lain, karena yang sebenarnya ingin saya bagi adalah pergulatan sampai di titik yang sekarang dalam berburu beasiswa.

2011 merupakan tahun kelulusan saya dari salah satu universitas di ibu kota Aceh, Banda Aceh dengan titel Sarjana Pendidikan. Yang terpikir saat itu adalah saya harus cari kerja secepatnya. Saya akhirnya mengajar di beberapa tempat dengan pendapatan yang lumayan. Bekerja semerawutan, dari pagi sampai sore, sedikit pun saya tidak terpikir untuk kuliah lagi. Sampai ada satu masalah besar yang harus saya hadapi dan saya merasa sekolah lagi adalah jalan keluar.

Ramadhan pada tahun yang sama merupakan awal perjuangan saya. Mengirim berkas tepat empat hari sebelum deadline. Australian Development Scholarship. Jujur saya tidak pernah belajar banyak tentang Australia dan tentang jurusan yang saya pilih. Mengirimkannya pun, saya tak berharap banyak mengingat beasiswa ini merupakan salah satu beasiswa yang paling banyak peminatnya di Indonesia.

September tahun yang sama, ada Taiwan Higher Education Fair di kampus saya. Acara ini bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Sumber Daya Manusia Aceh (LPSDMA), lembaga serupa LPDP yang mengelola penyaluran beasiswa di Provinsi Aceh, dengan pemerintah Taiwan. Kali ini, saya tertarik dan mencoba mendaftar pula. Dan pada November 2011 saya ditelpon pihak LPSDM yang menawarkan saya untuk berganti negara ke Amerika. Saya pun mengiyakan dengan catatan saya mengikuti beberapa proses seleksi masih di bulan yang sama.

Desember saya dapat kabar kalau saya merupakan salah satu dari 750 shortlisted candidates ADS. Terang saja saya kegirangan. dari 4000 pelamar, saya termasuk salah satu yang beruntung untuk dipanggil wawancara. Dan masih pada bulan yang sama saya pun lolos seleksi beasiswa LPSDMA.

Keberuntungan ini jadi lain di tahun 2012. Saya harus menunggu proses pelatihan bahasa LPSDMA yang akan dibuka pada bulan November 2012 sebelum maju ke proses pendaftaran universitas. Wawancara saya dengan ADS pun merupakan pengalaman pahit sekaligus berharga. GAGAL. Ya saya gagal untuk pertama kalinya.

April 2012 saya mulai terbakar, 3 aplikasi yang rumit saya selesaikan dalam bulan tersebut. New Zealand Scholarships, Fulbright Master's Degree, dan DAAD, ya.. DAAD. Mungkin ada yang nyeletuk, ngapain anak jurusan Bahasa Inggris apply DAAD. Saya tak ambil pusing. Saya merasa harus mendaftar karena kalau tidak justru saya mearasa rugi telah melewakan kesempatan.

Ibarat melempar jala ke dalam air, kamu tak pernah tahu kapan ada ikan yang tersangkut di jala mu, usaha adalah usaha, Hasil jelas bukan urusan kita.

Menunggu dan menunggu dan berdoa..
Agustus 2012 saya dapat surat gagal yang kedua dari NZ-Scholarships. Sementara DAAD dan Fulbright saya gagal juga. Masih mau Coba!? tentu saja. Masih di bulan yang sama saya kirim lagi aplikasi ADS yang kedua. Kali ini saya benar-benar berharap banyak, satu dari kesekian kesalahn yang pernah saya lakukan dan saya sarankan jangan pernah anda lakukan. Never expect too much!!

Penantian panjang Beasiswa LPSDMA akhirnya usai sudah. November 2012 saya dan beberapa teman lain mengikuti proses pelatihan bahasa selama 3 bulan penuh. Kami belajar mulai dari Academic Writing, IBT, sampai GRE. Desember tiba dan Alhamdulillah saya kembali shortlisted ADS. Saya senang bukan main.

Belajar dari kegagalan saya yang pertama, kali ini saya benar-benar melakukan persiapan yang matang sebelum diwawancara bulan Januari 2013.

Februari 2013 merupakan bulan terberat buat saya. tepat di hari terakhir pelatihan muncul berita di koran lokal yang jelas sangat mengecewakan. http://aceh.tribunnews.com/2013/02/02/beasiswa-distop
"Jangan kecewa MON!!", batin saya.. masih ada harapan di ADS. Tepat 3 hari sesudahnya, teman-teman seperjuangan ADS mendapat berita bahwa mereka lulus. Saya pun memilih menunggu. Dan akhirnya menelpon pihak ADS dan menanyakan tentang perihal kelulusan.
"Maaf mbak, masih belum.."
Saya ingat betul suara itu, ingat betul setiap kata itu, dan saya ingat betul bagaimana saya menangis saat gagal lagi untuk kesekian kalinya. Saya jelas masih ingat waktu itu memilih menangis ke pinggir Krueng Aceh (nama salah satu sungai di Banda Aceh). Saya menangis sepuasnya, sedih... marah... kesal.. Jelas bukan pengalaman mudah buat saya. Beruntung saya punya teman-teman dan keluarga yang luar biasa. Semingguan itu kami habiskan bersama-sama. Toh masih banyak hal, tak terhitung jumlahnya, yang masih bisa kita syukuri.

Bersedih jangan berlama-lama, April 2013 saya kembali mengirimkan 3 aplikasi sekaligus, Fulbright Master's Degree Scholarships, Fulbright Language Teaching Assistance, dan USAID Prestasi.

Juni 2013 kabar baik datang bagi penerima beasiswa LPSDMA, Beasiswa kembali dilanjutkan dengan catatan-catatan tentunya. Saya tidak mau berandai-andai lagi. Saya kirim lagi aplikasi AAS (dah ganti nama euy) pada bulan Juli.

Agustus 2013, jelas sudah 3 aplikasi yang saya kirim April sebelumnya GATOT alias gagal total. Masih kuat!? Masih dooonk. Hehehehehe.. Entah karena sudah bebal, entah emang muka tebal, tapi mari ambil positifnya. Mungkin saya sudah terbiasa dengan kata gagal dan saya tidak boleh terpengaruh oleh kata itu.

Tepat bulan September aplikasi LPDP pun saya submit. Jujur saya sudah dengan tentang beasiswa ini semenjak "Februari Duka 2013" tapi urung mendaftar karena saya kira jurusan saya tidak ada dalam list sasaran penerima beasiswa. Sesudah mencari tahu dan dengan modal nekat pun, syarat-syarat LPDP saya penuhi.

Tetap nunggu!? enggak lah.. November 2013 saya lagi-lagi kirim aplikasi. Kali ini Chevening. Sementara LPSDMA saya memilih mundur dengan berbagai pertimbangan. Banyak teman yang akhirnya berangkat melalui LPSDMA. Kadang saya menyesal, namun sekarang saya sadar keputusan itu adalah yang sangat tepat mengingat semua yang saya dapat sekarang. Tepat sesudahnya saya dapat surat gagal lagi dari AAS. Kali ini masuk ke dalam shortlisted candidate pun tidak. Nangis lagi!? iya... hehehehe. Lagi-lagi saya punya sahabat-sahabat luar biasa.

"MON... cukupkan, tahun ini perjuangan kita cukupkan", kalimat ini pun merupakan keputusan sulit. Hari serasa kosong. Walaupun saya mengajar dari pagi sampai malam, berhenti berburu beasiswa jelas hal yang sangat tidak mengeenakkan.

2014 tiba dan saya yakin seyakin yakinnya, di tahun ini akan ada jawaban besar buat saya, saya memutuskan berhenti. Dan Tuhan ternyata menjawab doa-doa panjang saya di tahun-tahun sebelumnya. Saya dipanggil untuk wawancara di Jakarta oleh LPDP di bulan Januari. Februari saat menunggu pengumuman kelulusan wawancara LPDP, saya kembali mencoba peruntungan di LPSDM. Ya.. saya langgar janji saya sendiri untuk berhenti ikut beasiswa. Tapi berhenti mencoba jelas bukan keputusan yang baik. Pengumuman lagi di bulan yang sama, saya lulus tahap wawancara dan maju ke tahap Pelatihan Kepemimpinan di bulan Maret. Dan hanya dengan ijinNya lah dan dengan dukungan teman-teman dan keluarga saya bisa sejauh ini. Saya akhirnya terdaftar sebagai salah satu penerima beasiswa LPDP 2014.

Satu kalimat teman..
"Gak akan ada orang yang akan setiap saat menyemangati dirimu, KAMU adalah penyemangat dirimu yang paling utama"

Dan satu fakta: Thomas A. Edison gagal 999 kali sebelum akhirnya bisa menghidupkan bohlam. Jika saat itu ia berhenti di percobaan ke 100, mungkin manusia akan merasakan "kegelapan" lebih lama dari yang  kita kira.

19 Ramadhan 1435 H
17 Juli 2014

Tidak.. perjuangan masih panjang, dan saya masih akan terus berburu..
Semangaaaaaat!! :)

P.S: dapat surat gagal dari Chevening waktu sedang ikut Pelatihan kepemimpinan LPDP.





















Rabu, 19 Februari 2014

One Month One Book Project, Entry #1. INKSPELL

koleksi pribadi
Urgh... SEpertinya pekerjaan bisa merubah kebiasaan seseorang. Dan sangat sulit mengembalikan diri kamu ke "sesuatu' yang kamu sering lakukan di masa lalu, membaca misalnya. Sewaktu remaja dulu, SMP atau SMA, saya bisa membaca 2 novel dalam 1 minggu dan itu ternyata prestasi besar yang agak kelihatan mustahil untuk sekarang. 

Masih ingat kan dengan sihir Harry Potter sekitar tahun 2000-an. Waktu itu saya duduk di bangku SMP-SMA. Seri kelima Harry Potter yang tebalnya sekitar 1200 halaman saya habiskan dalam waktu 4 hari saja! Wow.. Even I feel amazed with myself now. Dan Harry benar-benar membantu saya jadi orang yang cinta buku. Berakhirnya kisah Harry pun membuat intensitas baca buku saya menghilang. Don't get me wrong. Bagi saya, buku yang baik adalah buku yang bisa buat kamu jadi suka baca buku-buku lain dengan genre yang berbeda-beda, and Harry Potter has that. Dan, secara pribadi, saya lebih senang dengan orang yang bacaannya beragam dan gak "stuck" di satu jenis bacaan saja.

NAh.. Tau kan ya kita membicarakan apa. Yup.. kebiasaan membaca. Banyak hal yang dapat kamu kerjakan untuk meningkatkan minat baca, apalagi buat yang tidak suka baca (O_o). Salah satunya seperti poin yang saya sebutkan di atas.

  1. Baca buku yang kamu senangi dan best seller. Ya.. ini mungkin kedengarannya cliche, but it works. REally.. Mulai lah membaca sesuatu yang kamu senangi. kalau kamu orang yang suka kritis dan science, mungkin bisa mulai dengan cerita-cerita detektif seperti Agatha Christie atau Sherlock Holmes mungkin. Jangan pernah salah memilih buku untuk meningkatkan minat baca. Ketertarikan akan membuat kamu mudah mencerna isi dan tentu saja menikmati isi cerita. Begitu buku tersebut selesai kamu baca, pasti kamu ketagihan mau baca buku lain. Sebaliknya, buku yang tidak menarik dan tidak sesuai minat kamu akan menghentikan keinginan kamu dalam membaca.
  2. Enjoy the book. masih berkaitan dengan poin satu, kalau kamu tidak suka ceritanya, berhenti. Cari buku yang genrenya sesuai dengan kamu. Nikmatilah buku seperti kamu menikmati makanan. NIkmatnya akan kurang terasa kalau ada yang tersisa. So.. habiskanlah yang sudah kamu mulai.
  3. Buku Pintar. Bagi yang masih juga belum dapat asiknya membaca bisa juga memulainya dengan baca buku pintar seperti ensiklopedia, almanak, atau majalah misalnya. Intinya Minimal sehari baca satu artikel aja.
  4. Komunitas. Kalau dikaji ulang kenapa jaman saya kuliah saya keranjingan baca bisa jadi karena teman-teman saya suka baca. Yaah.. tidak terpungkiri lagi kan ya, manusia itu makhluk visual. Gampang banget buat ubah lingkungan di sekitar kamu buat suka baca. Di kantor misalnya; coba setiap jam istirahat atau waktu senggang kamu baca buku. Coba seminggu aja, pasti nantinya orang di sekitar kamu juga tertarik buat baca. Di sekolah dulu, saya dan teman-teman justru lomba-lombaan siapa duluan siap baca satu buku apa aja.
Jadi nih manteman.. bergantinya profesi dari siswa/ mahasiswa ke pekerja itu benar-benar bisa merubah karakter dan kebiasaan seseorang. Kerjaan yang menumpuk, waktu yang kok ya kaya gak cukup-cukup.. Belum kehidupan sosial yang juga harus dipenuhi dalam waktu yang bersamaan, persis memaksa kita jadi jauh dari bacaan yang monoton (tapi penting) seperti novel atau buku, artikel gak kehitung lho ya.

Jadi..2 Februari lalu, seorang adik mengajak saya bergabung ke komunitas baca yang bertajuk "One Month One Book". Bergabunglah saya dan saya pilih tanggal entry tulisan jadi tanggal 15. Dan sodara-sodaraaaa... Tanggal 15 itu kaya 4 hari yang lalu. dan buku yang saya pilih adalah INkspell setebal 674 halaman... Dan saya baru baca 25%.. Wadooooow...

BUt.. saya harus lakukan mesti belum selesai..
Berikut review INSPELL(buku kedua trilogi INKHEART) part.1

Meggie akhirnya berkumpul kembali dengan MO dan Resa. Keluarga kecil yang semulanya hidup nomaden ini akhirnya menetap di rumah besar Elinor, kakak kandung Resa. Kehidupa mereka seperti kembali normal sesudah kejadian-kejadian aneh yang mereka lalui.

Farid, si pemuda yang datang dari cerita 1001 malam pun ikut tinggal bersama mereka beserta Gwin, musang bertanduk peliharaan Staubfinger. Ah.. Staubfinger, pikir Farid dia bisa ikut dengannya ke dalam dunia Staubfinger yang indah itu. Di temapat para peri menari-nari dan manusia hidup dalam dinamika karya menyenangkan. Dimana hitam dan putih jelas tergaris. Tempat yang dapat menunjukkan si baik dan jahat secara jelas. Negri impianku ini, pikir Farid. Tapi apa kuasanya. Sewaktu Meggie membacakan secarik kertas yang berhasil ditulis ulang Orpheus, ternyata hanya Staubfinger saja yang masuk ke dunia itu. Sementara Farid dan Gwin tertinggal di dunia nyata. Dan kehidupan nya pun terasa hampar kecuali muunculnya ketertarikannya pada Meggie, ah.. Mereka sudah remaja ternyata.

Farid menyampaikan kekhawatirannya pada Meggie suatu waktu, bahwa Basta masih hidup dan nyaris membunuhnya sebelum Farid berhasil sampai ke rumah ELinor. Ketakutan Farid menjadi-jadi manakala Basta mengancam akan membunuh Staubfinger. Maka Farid pun meminta Meggie membaca untuknya agar ia bisa masuk ke Negeri Tinta tempat Staubfinger berada dan peringatan yang menggebu-gebu ini tersampaikan.

Meggie ternyata punya "ingin" yang sangat berbahaya. Dia merasa perlu ikut ke negeri itu. Cerita Resa, ibunya, tentang dunia itu membuatnya bermimpi bisa disana. Negeri ajaib yang indah.. Maka tanpa sepengetahuan MO dan Resa. Farid, Gwin dan Meggie pun pergi kesana. Ya... Meggie bahkan sampai tertegun sendiri pada kemampuan membacanya. Ternyata dia tidak hanya mampu menukar okoh dalam buku dan dunia nyata, tapi dia juga mampu membawa dirinya masuk kesana.

Tak dinyana.. Mo, ayah Meggie dan Resa berikut Elinor seperti kehilangan pijakan. Mereka ketakutan saat mendapati kamar Meggie kosong dan surat itu. Surat itu pesan Meggie bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa dia hanya penasaran dengan kehidupan orang-orang di dunia Tinta.

Sementara di Inkheart, Meggie, Farid dan Gwin terdampar di Hutan tak Berujung selama berhari-hari sampai akhirnya mereka selamat dan bertemu dengan Fenoglio, penulis buku INkheart yang dulunya dikirim Meggie saat ia membacakan satu halaman Inkheart dihadapan Fenoglio. "Akhirnya aku akan pulang", pikir Meggie ang ternyata tidak begitu senang dengan kehidupan disana, bagaimanapun dia rindu Mo dan Resa, orang tuanya.

to be continued...

Kamis, 02 Januari 2014

Random Things; Random Thoughts

  1. You know it's the Hand of God when you typed and sent a text to someone, and for some moment after that you realized that it was stupid words and waited for the reply in horror. But after 15 minutes you checked back.. It's never been sent.. Oh.. for the first time in my life, I love the INTERNET CONNECTION in INDONESIA..
  2. People said that it's just that hard to forget person who has been there in your life and means something different. Try this then; Imagine him/ her in the most disgusting thing he/she can do like picking up his/her nose in public place. Here it goes... Yuck!! I think I can let him/ her go off my mind. Mission accomplished.
  3. The first time I feel so strong in my life was this night. I went to the doctor to check my burnt wound which went worse, alone. In there, the nurse threated me by cleaning the wound, cutting, cleaning... It's hurt like hell and I've got noone on my side but only the nurses. It was raining outside, and I cried in silent. I was alone afterall. Victory!! I made it. I'm okay, but universe tested again by poured the rain from the night sky. It's cold...
  4. What do you think of yourself when you start to like something you don't like before. I hate "kerupuk mulieng" before, but now I eat that. I never drink Pocari Sweat before, but now.. even the smell drives me mad... I want it bad...
  5. I have like 4 handphones all of my life. The first one is Nokia 3310, and my brother sold it. The second one is MOtorola, while the third one is Samsung Star. I still keep them. No.. They're not working anymore. Too old, so they got retired. Haha
  6. Once I look back at 2011, I come to realize I am at this point in my life because I wanted to run off "something". Now, life keeps me upside down, and I want to run from this point in my life to that "something". God is Great afterall. God makes me learn in the hardest way I never knew before. Wiser is word I define myself now... Maybe.
  7. So many people come and leave in my life. Most of them teach me precious lessons, less that showed who they truly are. Afterall, I feel so alived, and grateful.
  8. Decisions can't be made when you're mad, nor when you're sad. Be careful of yourself.
  9. A rejection is always a rejection, no matter how great the first words are. If the last words mean No, then it's a BIG NO! Take that!
  10. MOney is always used for trading. But Most of the time you can spend it for someone else happiness, or hope at its best. Be thrift!
  11. Eat, drink, eat, drink... When you think fat is a burden, then it is so. 
  12. Friends and Money! NO... Never mix it buddy! Trust me! For whatever the reason is, no.. No for mixing them both. Unless, you've got no other relatives or family to ask for.
  13. Love comes in the time you never expect from personality you never expect. And Love.. love.. Come on dude, crush is for short term. Do we have the guts to love? For a way longer?
  14. Family. Place to run for, even sometimes they want you run from them. For the sake of your future they said. Forget it! If they don't understand you, dont push them to do so. Let go.. Just forgive yourself, then them.. And live your life again, your own way.
  15. Live your life.. Laugh as hard as you can. Smile often. Cry less. Appreciate more. Hurt less, and one thing for sure that I learn from my Co-teacher; "Dek, don't ever tried to find out the hurting words people said about you. NO... don't hear it. Close your ears if it hurts you". This Woman teach me something I never knew before. :))