Kamis, 24 Maret 2016

Sekolah lagi itu Asik? Tidak selalu

Iya.. Asik..

Karena yang kamu lihat adalah poto kita jalan-jalan. Muka penuh senyum. Makanan enak-enak...
Karena yang kamu tahu, kita gak punya masalah dengan keuangan karena namanya aja beasiswa.
Karena yang kamu tahu, kita punya pengalaman yang jauh lebih baik dari kamu yang di sana di tempat ternyaman di antara orang-orang tersayangmu.

Sedikit dari kamu yang tahu.

Kami berjuang.. Bukan hanya dengan tantangan akademis yang jauuuh di atas standar belajar tanah air. Belum lagi dengan kendala bahasa yang dulunya saya dan mungkin juga kamu berpikir, tinggal di konteks negara di mana bahasa itu banyak dipakai akan membuat kamu lebih terbiasa dengan bahasa itu. Lantas semuanya akan jadi lebih mudah. Dulu.. Tapi kenyataannya kendala bahasa yang kami hadapi itu hitungan nya per hari, jam, menit.. detik. Satu detik terlewat saat kamu mendengar dan membaca, selesai lah kamu. Kamu harus mengulang lagi dan itu makanan kami setiap saat.

Kami bertarung dengan tuntutan waktu dan kualitas hasil yang seperti tak pernah cukup. Bertumpuk-tumpuk tugas yang harus kami kerjakan. Bermalam-malam kami habiskan di  depan komputer, laptop. Mata terbelalak sepanjang malam. Kadang kami selengi dengan tidur ayam. Buku demi buku, jurnal-jurnal yang semakin dibaca semakin berujung ke berpuluh-puluh jurnal lainnnya. Saat ide sederhana kami rasa sederhana, semakin kami membaca dan mendalami semakin kami masuk ke dalam jaringan yang rasanya tak pernah berujung. Pada akhirnya kesimpulan pun kami tutup dengan pertanyaan yang menjurus ke hal lain yang mengambang. Inikah ilmu yang kita tuntut. Sangat kecil. Tak berujung. Tak pasti dan sobat,.. Semakin dalam kamu selami, semakin kamu merasa kalau kamu hanya orang dungu yang memaksakan diri mengerti hal yang seperti tak ada habisnya. Semakin kamu haus akan pengetahuan yang kamu rasa ketertarikan kamu sangat kuat pada awalnya, semakin kamu merasa tersesat di antara aksara-aksara dan pemikiran-pemikiran asing yang seolah berkembang seiring kamu mempelajarinya. Semakin kamu mengejar seolah kamu semakin tertinggal.

Sebagian kami  bergulat dengan penerimaan. Karena kami berbeda. Sangat berbeda. Dihindari karena kamu asing bagi mereka. Dihindari karena mereka menganggap kamu tak bedanya dengan porselen yang sewaktu-waktu bisa pecah saat tak diperlakukan dengan lembut. Dihinakan.. Diserang bahkan diancam. Sampai di titik saat kamu merasa tak peduli. Saat berkali-kali kamu dengan sengaja ditabrak di jalanan oleh orang-orang yang entah hatinya terbuat dari batu. Hanya karena kamu terlihat berbeda. Terasing di tempat yang asing.

Sebagian dari kami berjuang dengan rasa rindu yang membuncah-buncah pada orang-orang terdekat. Kalian melihat gambar-gambar kami tersenyum lebar di wahana bermain. Tahukah kalian bahwa yang kami pikirkan saat itu tak lebih dari "Seandainya anak ku disini", atau "Coba kalau keponakan ku merasakan ini", atau seperti "Ibuku pasti sangat senang dengan makanan ini", atau seperti "Coba kalau bapakku merasakan perawatan di rumah sakit ini".
Tahukah kalian ada dari kami yang berpisah dengan anak-anaknya selama berbulan-bulan. Berpisah dengan pasangannya berbulan-bulan. Lantas menyibukkan diri dengan bacaan-bacaan yang jangan kan dinikmati, kadang dimengerti pun butuh waktu ber jam-jam. Tahukah kalian di antara kami ada yang bertempur dengan dirinya sendiri untuk lantas tidak jatuh lebih dalam ke lubang depresi. Tahukah kalian nasehat dan penyemangat sehebat apapun hanya akan membuat kami menangis lebih keras. Tahukah kalian ada titik di mana semua rutinitas membuat kalian muak sampai muntah. Muak dalam arti yang sesungguhnya. Tahukah kalian banyak dari kami yang mencari pelarian dengan menyiksa diri. Bekerja mati-matian. Membunuh waktu dengan menjadi lelah. Agar saat badan sudah terlalu lelah, maka tidur akan semakin kami nikmati. Ya silahkan.. Silahkan sebut ada yang salah dengan iman kami saat hal ini menyerang. Kami hanya manusia biasa.

Sebagian dari kami menghitung setiap sen yang dikeluarkan karena seberapapun yang kami hemat sepertinya tidak akan pernah cukup.

Diantara semua tantangan yang kami hadapi. Tahukah kalian perasaan yang sangat berat yang harus kami hadapi sewaktu-waktu. Kami harus bersabar mendengar berita-berita seperti keluarga kami yang harus dirawat di rumah sakit. Kami harus bersabar saat orang-orang yang kami sayangi bertarung dengan maut sementara kami terpisah jarak. Belum lagi saat semua itu dirahasiakan dari kalian karena mereka ingin kalian tidak terganggu. Tapi itu semua tidak membantu, karena hati selalu merasa dan akan selalu merasa. Kami harus menangis dan berteriak ke gelapnya malam saat berita-berita duka kami dengar namun kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tak ada lantunan-lantuana ayat suci yang kami dengar saat pulang ke kamar-kamar kami. Tak ada orang-orang yang bisa kami peluk dan berbagi perasaan yang sama persis karena kehilangan orang yang berarti sama buat kami. Hanya doa dan Tuhan lah Yang jadi tempat kami menagis dengan sedu dan sedan.


Sudah 4 semester saya di sini. Selama itu berita kematian yang saya dapat entah sudah berapa banyak. Minggu ini, dalam 3 hari sudah 2 berita kematian yang saya dapat. Kelak saya pulang dan saya kehilangan 2 tahun kebersamaan yang dikejar bagaimanapun, tetap tak akan pernah sama. Ada satu kekosongan kebersamaan. Saat semua ini selesai, kami akan jadi orang-orang baru yang entah kalian akan suka atau tidak, setiap kami pun akan berusaha terus memahami diri kami dan ketertinggalan kami.

Sekolah lagi.. Ke tempat yang jauh.. Iya.. Itu adalah cita-cita mulia dengan tujuan memberikan sesuatu kepada orang-orang di sekitar kita. Namun sedikit yang tahu perjuangan nya tak semata-mata dalam hal tulis baca. Lebih dari itu, kami berjuang untuk berdiri di kaki sendiri dan bergantung hanya pada yang Satu. Dan pada akhirnya kami terus menerus mendengungkan "Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kau dustakan" sebagai kekuatan.

Temanku..ini bukan mengeluh. Inilah mungkin yang selama ini kita semua rasakan dan hadapi Namun saat keluarga berada di dekat kita, hal ini terasa kecil saja. Teman.. saat semua orang di dunia menolak, ada satu tempat yang akan selalu menunggu dan menerima kita dengan tangan terbuka bagaimana jelek dan hancurnya pun keadaan kita. Mereka.. Keluarga.. Dan saya rindu...

Brisbane, 24 Maret 2016

Selasa, 22 Maret 2016

Kenapa anda ber Facebook?

Judul yang sebenarnya sungguh sangat ditujukan buat saya pribadi.

Saya mulai ber-Facebook (FB) sekitar bulan Mei 2008  kalau saya tidak salah ingat. Saat itu, masih banyak social media (so-med) seperti Friendster.com (Aaaargh.. rindu Friendster), Hi5, Myspace. Entah berapa banyak akun media sosial yang saya punya waktu itu, tapi hanya friendster yang aktif. Baru Juni 2008 saya melirik kembali akun itu, karena waktu itu saya berkesempatan kursus di negara asal FB. Teman-teman disana lebih familiar dengan FB ketimbang Friendster. Jadilah saya sering bolak balik FB semenjak saat itu sampai sekarang. Entah berapa banyak waktu yang "terbuang", "tersita", atau "termanfaatkan" dengan FB. Saya sempat merasakan perubahan-perubahan, mulai dari tampilan, fitur, sampai kepada tahap kerahasiaan dan keamanan.

Saya sudah pernah merasakan bagaimana "kemaruk"nya ber-FB. Posting poto sebentar-bentar. Update status berkali-kali. Mulai dari sampah, keluhan, berita-berita gak penting sampai poto-poto yang ujung-ujungnya "pamer" (Hayooo...ngaku). Sampai pada tahap blogging, yang pada fitur FB dikenal dengan Notes. Pernah pada saat Notes sedang banyak peminatnya, ada satu jenis berita yang membuat saya merasa "meh" sekali. Postingan tersebut mengajak semua umat Islam memboikot FB karena ternyata sebagian besar pengguna FB termasuk saya baru sadar  kalau pendirinya adalah seorang Wahyudi yang sebut saja namanya Mamat. Seruan-seruan itu menggembar gemborkan bahwa Mamat sedang menggiring pengguna FB terutama yang muslim supaya memberlakukan FB seperti tembok ratapan layaknya Wahyudi. Wadooowh. Saya tidak ingat persisnya itu kapan, 2010 mungkin.
Ayolah.. maksud saya, banyak lho penemuan-penemuan Wahyudi yang sekarang sedang kamu pakai. Buka mata, baca lagi! Dunia tidak berputar di kamu saja. Kalau memang iya itu karya Wahyudi dan kalau memang itu propaganda (Like..come ooooon!!), ya kamu ambil manfaatnya. Manfaatkan sampai setiap detiknya itu benar-benar sebaik-baik manfaat. Jangan seperti saya yang udah "ketagihan" dengan FB. SELESAI. Buat saya maksudnya.

Nah.. Masih 3-4 tahun belakangan, seingat saya, hampir tidak ada keluarga inti saya di FB. Sama sekali. Orang-orang masih baru dengan FB sampai akhirnya pada saat smartphone mulai banyak digandrungi bahkan oleh Generasi X (Anak 90-an itu Generasi Y), maka orang-orang yang sudah punya smartphone pun seperti tidak "smart" kalau Handphone nya tidak punya aplikasi FB. Begitulah..

Dan sejak saat itulah, atau sejak 2-3 tahun terakhir ini lah saya mulai terganggu dengan carut marut postingan-postingan dan share-share FB di lini masa saya yang ujung-ujungnya saya jadi enggan untuk posting sesuatu sebelum berpikir panjang. Maksud saya, gini lho. Saat kamu merasa terganggu dengan postingan-postingan yang mengganggu, maka kamu sudah sewajarnya orang pertama yang kamu tilik adalah diri kamu sendiri, alih-alih kamu bakal bertanya kepada diri sendiri "Jangan-jangan saya dulunya juga seperti ini". Atau sederhananya kalau tempo hari saya terganggu dengan postingan tentang harga tomat, masa iya hari ini saya mau posting harga cabe.

Nah.. Maka daripada itu (masih ada nih sisa sisa gaya berbahasa jaman Orba), ada beberapa hal yang jujur sangat membuat saya terganggu sampai unfollow seseorang di FB atau remove. Walaupun demikian, jujur sebenarnya saya pernah di tahap itu. Maksud saya tahap pengguna FB yang menyebalkan. Tapi tak ada yang menyadarkan saya waktu itu. Akhirnya saya sadar sendiri (tampar-tampar diri sendiri). Maka sebagai saudara, berikut hal-hal yang teman-teman perlu liat lagi di FB anda.

1. Kerahasiaan dan Keamanan
Ada fitur kerahasiaan dan keamanan di FB. Dilihat ya. MANFAATKAN. Anda pasti terganggu dengan orang-orang yang tanpa sengaja men-tag anda (karena dia pun di hack) dengan se-ongok poto tidak pantas (Oh TUhan.. Mata sayaa. mata sayaaa). Dan karena bapak ibu teman saya di FB. Terlihatlah poto itu di saya. Sama hal nya dengan setiap laman atau page yang anda like, maka laman tersebut akan muncul di lini masa saya. Maka, like lah laman-laman yang informasinya bermanfaat atau minimal lucu. Kalau tidak, saya saya jadi palak kali sama kalian. Padahal kalian gak salah sama saya (MyFBsin #1).
Kenapa itu terjadi!??
Itu terjadi karena anda tidak mengaktifkan pengaturan (setting) FB anda, Sekarang cek Setting dan klik di bagian "more setting". Lihat di bagian Timeline and tagging. Nah.. Sampe disitu, baca sendiri ya. Hehehhehe. Jadi nanti kalau ada teman yang tag anda, gak akan kelihatan di laman dinding anda sebelum anda izinkan terlihat. Dan pada dasarnya, saat anda mengatur setting anda jadi seperti ini, semua postingan spam atau hack kemungkinan tidak bisa masuk ke akun anda. Kecuali... akun anda dibobol.
Selanjutnya, jangan asal menerima pertemanan dengan orang yang tidak anda kenal walaupun punya banyak teman kalian yang sama (friends in common). Kunci FB anda di bagian "privacy". BACA!
Demikian. Semoga dipraktekkan dan bermanfaat ya..

2. Jurnalis FB
Semua berita, entah dari laman abal entah dari laman palsu hasil terjemahan google. Semua dibagikan (share), semua diposting. Begini lho, berdasarkan perjanjian kita di atas (entah iya ada janji), bahwa kita akan memanfaatkan FB sebermanfaat-manfaatnya untuk kebaikan kita dan orang-orang di sekitar kita (di list pertemanan). Artinya, tolonglah berita yang di share yang "berat" di manfaatnya. Jangan lah bagi berita-berita yang kira-kira gak jelas asalnya dan menyulut "perang", seperti yang akan saya bahasa sedikit lebih lanjut di poin ke 3.

3. Teror atas kerukunan umat beragama
Halo.. Teman-teman yang muslim. Lembutkanlah sedikit hati kita. Siram kepala dengan air dingin. Jangan lah posting-posting berita yang menyudutkan kan agama tertentu. Jangan lah pula menyudutkah entah itu aliran A atau aliran B. Situ belajar ngaji dimana? Saya ngaji gak tinggi-tinggi amat. Jangan karena anda merasa menjadi mayoritas lantas anda punya hak lebih dari saudara-saudara kita yang minoritas. Saya tahu persis dan merasakan sendiri jadi minoritas. Betapa tersudutkannya dan sakitnya diomongin, diserang tanpa tedeng aling-aling hanya karena beda agama. Tidak bisakah kita sedikit memanusiakan orang-orang di sekitar kita? Tidakkah kita terlahir sama? Sama-sama manusia. Anda mau berdakwah? Silahkan. Bukankah berdakwah paling baik dengan adab yang baik. Bukankah bahasa santun dan tidak menjelekkan siapa-siapa adalah cara yang dicontohkan pada kita. Tidak bisakah kita berdakwah dengan tidak menyakiti hati siapapun. Anda marah saat Islam selalu dikaitkan dengan teroris. Namun pernahkah anda melihat ke dalam diri anda bagaimana anda bersikap dengan ke Islam an anda. Sudahkah kita benar-benar menunjukkan Islam adalah Rahmatan lil 'alamin...
Terlebih buat teman-teman yang punya teman beda agama di list pertemanan nya. Merasalah apa yang orang lain rasakan. Hati-hati dalam menggunakan jempol anda. Saat orang muslim di luar sana berdamai dengan orang yang bukan muslim, mempromosikan kerukunan antar agama. Bahkan ada yang satu gedung beda agama karena ingin saling menguatkan. Kita yang di tanah air!? Konon negara kita adalah negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia. Tapi kita malah sibuk mengkafirkan saudara muslim sendiri. Yang muslim saja dikafirkan, konon lagi beda agama. Bahkan sampai menghalalkan darah mereka!? Astaghfirullah.. Saudara-saudara ku. Bukankah dunia itu indah dengan keberagamannya, Indonesia bisa rukun walaupun berbeda. Jujur saya belum baca shirah nabawiyah sampai selesai, tapi saya teringat satu kisah tentang paman Rasul yang waktu itu belum sempat berIslam. Pernahkah Rasul merendahkan beliau?
Entahlah, saya rasa kita semua punya PR besar dalam hal ini; ber FB dan ber agama.

4. Anak mu, anak kami, anak kita.
Teman-teman yang punya anak. Hati-hati. Hati-hatilah saat anda memposting poto anak anda di FB. Kalau di list pertemanan anda adalah orang yang anda kenal dan FB anda terkunci (lihat poin 1) , maka tidak masalah. Itu pun kalau anda percaya semua teman anda dapat anda percaya. Nah lho.. Kalau tidak maka berhentilah. Ingat! Di luar sana banyak orang gila, gila dalam arti sesungguhnya. Ini tidak hanya berlaku pada anak perempuan, namun pada anak laki-laki juga. Dan kalau anada punya anak kecil dan remaja, jagalah mereka. Jangan biarkan mereka menggunakan FB sebelum sampai umur (Syarat ber FB adalah 13 tahun).

5. Raja dan Ratu Tega
Nah.. yang bagian ini memang sangat mengganggu. Ingat kan ada teamn-teman kita yang teganya parah. Sangat parah, sampai tega posting berita tentang phobia bintik2 itu (Hiiiii.... Ya Allah.. ). CUKUP!!
Cukup juga untuk postingan gambar-gambar orang luka yang sangat eksplisit. Poto kejadian dengan penuh darah dan luka tanpa sensor. Orang tersiksa lho itu. Apa anda kira dinding FB ini galeri poto profesional!? Gak semua orang lho tahan lihat gambar kaya gitu. Nah satu lagi.. Kalau ada orang yang meninggal, atau kecelakaan. Sudah semanusiawinya kita ikut belasungkawa, berduka, titik. Bukan malah mengadili dan mengkaji sebab musabab. Kita manusia lho teman. Bukan Tuhan. Kita tidak sempurna dan hanya Tuhan yang berHak mengadili.

6. Warna warni, promo gratis, dan alat
Iya.. Alat.. Tanpa sadar saat anda tidak menyetujui sesuatu dan mati-matian menyebarkan pandangan anda di FB. Share..share.. Setiap kali anda share, angka berita itu bertambah. Discourse yang ikut anda share akan terhitung entah bagaimana caranya (saya buta IT), dan alih-alih anda mengharapkan orang-orang "menyetujui" pemikiran anda, malah topik yang anda share dan anda tentang itu akan semakin disadari dan kenyataan nya akan jauh dari harapan anda. Yang anda tentang itu justru keberadaannya semakin kuat.

Dan untuk hal warna warni ini saya punya pendirian saya sendiri.
Jujur, saya muslim dan saya yakin tidak ada agama yang membenarkan warna warni ini. Saya bukan umat yang taat, sehari harinya saya masih berusaha untuk berIslam secara sepenuhnya. Saya masih terus belajar. Namun untuk hal ini, pendirian saya jelas. Ini tidak benar. "Tindakan" dan "gejala" ini tidak dibenarkan dalam agama saya. Namun demikian, saya sakit dan meringis melihat teman-teman yang "sepertinya" mengerti agama menghina dinakan "mereka" seolah mereka bukan manusia. Silahkan serang saya dengan label tokoh HAM, antek barat, tapi saat anda merendahkan orang lain, menistakan orang lain, justru ada yang salah dengan anda. Menyudutkan "mereka" tidak membuat anda jadi orang yang lebih baik. Anda tidak setuju dengan perbuatan mereka, itu wajar. Tapi ekspresikan dengan tidak menjatuhkan dan menyakiti. Posisikan diri anda sebagai mereka dalam kasus lain. Misal, konon masih banyak orang di luar sana yang tidak senang dengan jilbab, bahkan masih masih ada muslim sendiri yang tidak senang dengan jilbab. Lantas mereka menjatuhkan, menyerang, menistakan. Apakah anda marah mendengarnya? Apakah anda orang yang sama seperti itu? Hanya sekedar informasi teman-teman, di negeri dimana ISlam menjadi minoritas, kaum yang banyak berdiri membela wanita berhijab adalah kaum warna-warni. Maka.. bukalah pintu dialog. Kalau anda anggap mereka salah, maka buka dialog, rangkul, berteman lah dengan mereka. Mereka bukan penyakit!! Dimana santun kita? Dimana hati kita. Di FB ini semuanya terekam. Tidakkah kita merasa sakit hati yang orang rasakan akibat jari kita.

7. Selfie, umur, dan kepantasan
Ada pepatah Aceh yang sangat saya suka: "Ngui belaku tuboh, pajoh belaku badan". Secara harfiah diterjemahkan menjadi "Pakailah yang sesuai dengan tubuhmu, makanlah yang sesuai dengan badanmu". Disini kita dapat melihat, apapun itu maka sebijak-bijaknya kita adalah pintar menempatkan diri. Artinya, perbuatan tingkah laku ada baiknya kita sesuaikan dengan umur dan pekerjaan kita. Posisi kita dalam masyarakat. Tanyakan pada diri sendiri, apakah pantas saya membagikan gambar-gambar diri saya yang begini ke khalayak?
Belum lagi rahasia keluarga atau suami. Saat anda bertikai dengan pasangan, mohon pikir ulang sebelum di broadcast di FB. Anda bukan seleb lho. Mungkin ini efek dari smeua acara gosip murahan di TV-TV nasional kita. POto-poto penganiayaan dip[ampang dan disebarkan, Like...come oooon... (Mengangan nih mulut saya). Ada juga ni ya yang hina dina suami di soc-med (Wooooot). Ayolah. Itu masalah anda dengan pasangan anda, bukan urusan kita.


8.  Ini FB saya, Kalau gak suka! Unfriend!
Hello... Tak kan lah hidup se simple itu (kaedah pakai Bahasa Melayu, secara sednag dengar orang ngomong Melayu. heheheh) :p
Saya punya rumah dengan pekarangan yang luas. Ada kebun kecil di belakang rumah. Lantas saya merasa, saya harus bersih-bersih kebun belakang rumah dan membakar sampah di kebun saya. Anda tahu kan, kalau kita bakar samapah akan ada asap yang akan mengganggu sekitar. Tidak kah anda terganggu dengan asap tersebut? Lantas saya bisa saja menjawab; "Lho.. rumah saya.. suka-suka saya mau ngapain, kalau gak suka, sana pindah dari sini gak usah tinggal dekat-dekat rumah saya".
Hm..
Analogi ini bisa anda pakai dalam ber FB. Anda bisa dengan mudah meng unfollow teman yang tidak begitu anda kenal, atau meng unfriend sekalian. Tapi apa iya akan semudah itu dengan orang yang sering anda jumpai? Pernah belajar di satu kelas? Pernah bermain di halaman yang sama? Pernah berbagi cerita yang sama?
Jadi.. Lagi.. mari kita sama-sama menjaga. Dan satu lagi, sindir menyindir baik di FB ataupun di kehidupan nyata sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Itu sangat kekanank-kanakan.


Saya angkat salut kepada teman-teman yang suka share resep makanan (walau dulu saya pernah terganggu, karena saya pengen tapi gak tau cari kemana.. cudiih), kerajinan tangan, ilmu-ilmu yang bisa di print berbentuk flash card, ilmu rizki (cuma satu teman saya yang tau ini), ilmu parenting, dan hal-hal bermanfaat lainnya yang jauh dari memicu marah, benci dan pertikaian.

Terakhir.. saya sangat ingin membuka diri kepada teman-teman agar tidak segan dalam tegur menegur jika ada dari kita yang kira-kira silap. Bukankah yang beruntung adalah mereka yang saling mengingatkan dalam kebaikan,

Tertanda
Saya yang penuh cacat dalam ber-FB.

Rabu, 09 Maret 2016

Habi cepat sembuh

Habi sewaktu masih beberapa bulan
Namanya Ahmad Darhabi. Dia salah satu dari 13 keponakan saya. Kami biasa memanggilnya Habi. Jujur, dia salah satu keponakan favorit saya. Kadang agak aneh kalau saya bicara dengan dia di telpon. Pernah teman saya menyangka saya punya pacar di tanah air, karena saya panggil.. "Hubby.. hubby.. hubby sayang.." hahahah. Padahal dia anak 7 tahun yang baru sekolah di kelas 1 MIN.

Habi kecil yang lucu
Habi suka sekali dengan warna hijau, karena dia Fans berat Hulk. Semua yang hijau selalu dikaitkan dengan Hulk. Dia suka sayuran hijau juga karena Hulk berwarna hijau. Saat menulis ini barulah saya memprediksi apa kira-kira penyebabnya suka pada tokoh Marvell Hulk itu. Setiap salah satu dari kami keluar kota, maka yang dipesan tak jauh-jauh dari HUlk. Saya pribadi setiap melihat Hulk selalu teringat Habi. Setiap saya punya kesempatan jalan ke kota baru dan melihat apapun yang berbau hijau atau HUlk, saya akan menyempatkan diri memotretnya dan mengirimkannya ke Habi.

Habi anak ke tiga dari tiga bersaudara. Dia punya dua abang. Salah satu abangnya berjarak sangat jauh dengannya, dia kuliah semester 4 sekarang, sementara abangnya yang satu lagi pergi ke sekolah yang sama, kelas 3.

Habi yang berumur setahun yang demam
Dibandingkan dengan abangnya yang kelas 3, Habi sangatlah berbeda. Dia anak yang tidak banyak bicara. Tidak begitu pintar berekspresi. Dia cenderung lembut. Dia adalah pribadi yang sangat suka mengalah. Dan dia sangat senang dimanja oleh siapapun dan kesedihannya bisa memuncak tanpa ia sadari kalau kita tak sengaja mengacuhkannya.

Selain dengan ibunya, dia dekat dengan Bunda-nya, yaitu Kakak kandung ibunya. Bunda tidak punya anak lelaki. Jadi bunda sangat sering memberi perhatian lebih kepada Habi seperti mengajak jalan ke pusat bermain di kota. Membawa Habi jalan dan membelikan Habi barang-barang tertentu. Beberapa bulan yang lalu, Bunda datang ke rumah dan asik berbincang dengan Neknyak, nenek Habi. Sementara Habi duduk disana. Bunda sadar Habi disana tapi hanya menyapa sekenanya. tidak seperti biasanya. Karena perbincangan dengan neknyak sedikit serius. Habi tiba-tiba berlari ke rumahnya yang berada tepat di sebelah rumah neknyak. Habi menangis sambil memegang dadanya. Hal yang membuat saya sampai saat ini masih belum bisa percaya, kalau anak sekecil itu punya perasaan sehalus dan sesensitif Habi. Bunda merasa bersalah dan menebus kesalahannya dengan mengajak Habi jalan sore itu.

Dengan abangnya yang kelas 3 MIN, hubungan Habi layaknya hubungan saudara laki-laki lainnya. Ada kalanya mereka berkelahi, namun mereka saling mendukung dan menyayangi satu sama lain dengan cara yang kadang orang dewasa sulit jelaskan.
Habi dan abngnya hendak pergi mengaji

Saat abangya dibelikan tas baru, ia menagih ibunya untuk dibelikan tas baru juga untuk Habi. Habi pun demikian, saat ibunya membelikannya kotak pensil baru, ia merengek minta dibelikan yang sama untuk abangnya. Pernah suatu hari ada tamu dari luar daerah datang ke rumah kami. Habi dan abangnya diberikan salam tempel dengan jumlah uang yang tidak sedikit. Abangnya langsung ke pasar yang letaknya sangat dekat dengan rumah kami dan membeli sandal untuknya. Setiba di rumah, dia ditegur oleh Neknyak, bahwa sandal Habi pun sudah lusuh. Abngnya langsung menuju pasar lagi dan membelikan sepasang untuk Habi.

Habi dan hasil karya abangnya
Beberapa hari yang lalu, Habi pulang dan sulit bernapas. Dia pun dilarikan ke rumah sakit. Dia mengatakan pada ibunya kalau teman sekelasnya kerap memukulnya di kelas. Dan hari itu pukulan yang didapat Habi lumayan keras di hidung dan dada. Habi sulit bernapas dan segera dilarikan ke rumah sakit. Ibu Habi langsung menelpon wali kelasnya.

Sudah hari ketiga dan malam kedua, sekolah seperti tak punya itikad baik menanggapi masalah ini. Saudara-saudara saya ada yang menyarankan melapor ke polisi atau Komisi Perlindungan Anak. Saya? Saya dan kakak saya adalah guru SD. Kami tahu betul seperti apa Sekolah dasar dan lingkungannya. Lagi pun ini masalah anak dengan anak. Saya menyarankan kakak datang langsung ke sekolah dan melapor ke kepala sekolah. Kakak saya pun pergi keesokan harinya. Dan benar dugaan saya, kepala sekolah tidak tahu, dan selidik punya selidik sepertinya wali kelas takut akan sesuatu dan sedang mempertimbangkan sesuatu sebelum melapor ke kepala sekolah. Entahlah apa itu.

Habi setahun yang lalu
Sekolah selesai. Balik ke rumah sakit, keesokan harinya wali kelas, wakil kepala sekolah, si anak yang memukul Habi dan orang tuanya datang berkunjung. Saya tak disana, kakak saya lah yang menceritakan bagaimana reaksi anak yang sebut saja namanya Budi. Budi langsung menghambur ke Habi yang terbaring di dipan rumah sakit, memeluk Habi dan mencubit-cubit pipi Habi gemas. tampaknya dia sama sekali tak mengerti kenapa Habi disana.

"Habi kenapa disini? Habi kok gak sekolah.. Sekolah lah.. Budi rindu.. Budi gak ada kawan lain selain Habi, Habi tau kan". Kakak saya tadinya ingin bicara tegas pada ibu Budi, namun pemandangan di hadapannya malah membuatnya menahan tangis. Sementara kakak bicara serius dengan guru-guru dan orang tua Budi, kedua anak tersebuk sibuk bersenda gurau layaknya teman yang telah lama tak berjumpa.

Ayolah.. mereka cuma kanak-kanak.. Mereka kertas putih. Mereka mesti diberi tahu konsekuensi memukul, dipukul. Mereka harus diawasi tontonannya. Di cek buku pelajarannya. Dijaga perkataannya. Diarahlan perilakunya. Bukanlah itu tugas kita semua. Saat berinterksi dengan sesama orang dewasa pun, kita harus mempertimbangkan nya kalau itu terjadi di depan anak-anak. Anak siapapun itu.

"Itulah kamu pukul aku terus.. makanya aku di rumah sakit ni", kata Habi sambil tersenyum. Tampaknya Budi masih belum mengerti. Kakak saya menerangkan pada Budi kalau yang terus dia lakukan adalah salah dan membahayakan. Lagipun, guru di kelas juga punya andil besar. Selidik punya selidik terlalu banyak murid di kelas itu. Entahlah..

Kakak saya memaafkan, itu hak nya. Saat orang-orang memintanya melaporkan ke sana sini, dia memilih mengikhlaskan ini semua. Bisa saja pikir saya, tapi bagi Budi, kita semua wajib memberi perhatian lebih, Jelas dia belum sepenuhnya mengerti apa yang dia lakukan. Dan dari melihat caranya berinteraksi dengan Habi, mungkin dia beranggapan orang yang mampu menahan pukulannya adalah orang yang sebenarnya menyayanginya. Entah dari mana konsep ini diserapnya. Saya takut. Saya takut banyak orang tua di luar sana yang lengah akan perkembangan emosi anak-anaknya.

Kakak saya pribadi pun memaafkan bukan tanpa alasan. Abang Habi adalah anak yang berperilaku hampir seperti Budi. MashaAllah,,. Tapi dia anak yang baik.. Hanya kadang anak-anak tidak mengerti cara mengendalikan amarahnya. Anak-anak pun sama seperti kita. Mereka bisa punya berjuta perasaaan. Mereka bisa sedih, marah, kecewa, senang, takut, merasa rendah diri, tapi kebanyakan anak mungkin hanya mampu mengekspresikan nya dengan menangis. Pada kasus tertentu.. sikap sikap destruktif banyak ditunjukkan anak-anak kita. namun kadang orang tua cenderung membiarkan karena menganggap remeh..."Ah..mereka kan cuma anak-anak". Boleh saya katakan Abang Habi adalah didikan salah stu drama lokal yang sangat diminati warga Aceh. Ah.. Lembaga sensor.. mungkin belum sampai kerjanya ke hal-hal yang dianggap remeh temeh ini. Malah sibuk mengsensor puting susu sapi. (--")

Saya takut.. Saya takut anak-anak ini besar dengan pemikiran yang ada di luar pengetahuan kita. Saya takut semakin banyak Budi dan Habi di luar sana yang jadi korban karena kelalaian kita sebagai orang tua, guru, saudara, dan lingkungan.

Habi Hulk.. Cepat sembuh nak.. tetap jadi seperti Habi yang sekarang.. Pemaaf.. Tapi jadilah Habi yang berani mengatakan tidak untuk disakiti.


"Children have never been very good at listening to their elders, but they have never failed to imitate them"
(Charles Baldwin)
--> Anak-anak tidak pernah benar-benar mendengar apa yang orang tua katakan pada mereka, tapi anak-anak tidak pernah gagal meniru apa yang orang tua lakukan.

"There is no school equal to a decent home and no teacher equal to a virtuous parent"
(Mahatma Gandhi)
--> Tidak ada sekolah yang sebanding dengan rumah (keluarga) yang baik, dan tidak ada guru yang sebanding dengan orang tua yang berbudi.